Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Potensi dan Ancaman Kelapa Sawit Indonesia, Cerah ataukah Suram?

Potensi dan Ancaman Kelapa Sawit Indonesia, Cerah ataukah Suram? Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktorat Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementerian Pertanian (Kementan), Mula Putra, menjelaskan potensi dan ancaman bagi kelapa sawit Indonesia di masa depan. 

Dalam seminar sawit series Menakar Keseimbangan Produksi CPO untuk Kebutuhan Domestik & Ekspor: Urgensi dan Tantangannya yang digelar oleh Warta Ekonomi dan APKASINDO, Putra menyebut jika tren penurunan produksi minyak sawit Indonesia dalam empat tahun terakhir harus segera dihentikan. Di sisi lain, peremajaan sawit rakyat harus segera dilaksanakan, disusul dengan penggunaan bibit unggul dan serangga penyerbuk yang lebih baik.

Baca Juga: Tingkatkan Produktivitas, Kementan Gelar Bimtek Sarpras Kelapa Sawit

“Ada dua seri di mana industri kelapa sawit dari sisi hulu mengalami guncangan. Satu di era 2007 satu lagi 4 tahun belakangan. Dengan kata lain, ada ancaman berupa penurunan produksi. Intinya sebenarnya proyeksi ke depan seperti apa produksi CPO kita. Jangan-jangan kita menganalisisnya terlalu jauh dan tidak melihat kondisi aktual,” tutur Putra dalam pemaparannya, Rabu (19/6/2024).

Adapun penyebab dari penurunan produktivitas CPO menurut Putra disebabkan oleh dua hal yakni sifat teknis dan non-teknis. Dia menjelaskan bahwa sifat teknis antara lain produktivitas, ketersediaan benih unggul, legalitas lahan, serta kepastian usaha bagi para petani sawit.

“Bayangkan kalau 3 juta hektar data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ada 2,3 juta yang belum daftar (legalitas), apakah kita bisa pertahankan laju peningkatan produksinya? Tentu kita sendiri yang bisa menjawab,” ucapnya.

Pihaknya sendiri saat ini fokus pada satu hal yakni meningkatkan produksi dan produktivitas CPO melalui jalur kemitraan dan kolaborasi. Lebih lanjut, kemitraan yang dimaksud adalah antara dua pelaku usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar.

Apabila sudah terjalin kemitraan, maka upaya untuk perkebunan rakyat yang tidak produktif adalah dengan melakukan replanting. Di sisi lain, untuk mengatasi tanaman yang masih produktif namun belum optimal, pihaknya mengaku akan mendorong program sarana dan pra sarana yang mumpuni.

“Kemudian pengembangan SDM akan kita sentuh lebih banyak lagi. Kalau kita lihat tren daripada pengembangan SDM yang bersumber dari dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), itu terus meningkat. Dan ini salah satu fokus yang akan didorong oleh Kementan untuk meningkatkan kualitas da kapabilitasnya,” kata Putra. 

Senada dengan Putra, Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS sekaligus Plt. Direktur Kemitraan BPDPKS, Kabul Wijayanto, juga menjelaskan beberapa tantangan dalam industri kelapa sawit salah satunya adalah permintaan akan minyak sawit semakin naik, namun output yang dihasilkan mengalami penurunan. Masalah ini pun dikhawatirkan bisa menjadi bom waktu bagi Indonesia nantinya.

Baca Juga: 5 BBM Alternatif Dikembangkan Indonesia, Ada Bahan Dasarnya Pakai Sawit!

“Dengan permasalahan produktivitas yang semakin menurun, akan menimbulkan ketidakcukupan dalam memenuhi permintaan minyak sawit baik untuk ekspor maupun pemenuhan konsumsi dalam negeri itu sendiri,” jelas Kabul.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: