Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ambisius, Pemerintah Optimistis Soal Pengembangan Biodiesel dan Bioetanol

Ambisius, Pemerintah Optimistis Soal Pengembangan Biodiesel dan Bioetanol Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan uji coba perdana penggunaan biodiesel B40 pada kereta api di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, Senin (22/7/2024). | Kredit Foto: Kementerian ESDM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebagai upaya mendukung serta menciptakan bahan bakar alternatif berkelanjutan, pemerintah terus menggenjot produksi biodiesel dan bioethanol untuk mendukung penyediaan energi bersih secara berkelanjutan.

“Untuk memberdayakan semaksimal mungkin sumber daya yang kita punya, ada pendekatan yang kita lakukan, yakni mengurangi penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) melalui program biodiesel dan bioetanol,” ujar Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (BBSP KEBTKE) Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Harris, saat diskusi di Kabupaten Tangerang, beberapa waktu yang lalu, dikutip Warta Ekonomi, Rabu (24/7/2024).

Baca Juga: Kurangi Penggunaan Solar, Pemerintah Mulai Uji Coba Biodiesel B40

Pemerintah, kata Harris, saat ini telah menggunakan bahan bakar biodiesel B35 yang merupakan campuran bahan bakar nabati dari minyak kelapa sawit dengan kadar minyak sawit sebesar 35% sementara sisanya 65% berasal dari BBM solar. Namun, penggunaan B35 tersebut masih terbatas untuk kereta api. Bahkan, B40 saat ini pun sudah mulai diujicoba pada kereta api.

Hal tersebut dinilai merupakan langkah untuk meningkatkan penyediaan energi bersih secara berkelanjutan.

“Baru Indonesia juga yang menerapkan B35 yang kita mulai dari 2021 sampai 2024, dan akan naik B40. Tapi, sekarang masih menunggu proses lebih lanjut seperti pengetesan dan lain-lain,” kata Harris.

Pemerintah, ujar Harris, mengungkapkan komitmen untuk terus mengurangi penggunaan BBM melalui transisi dari energi transportasi berbasis pembakaran internal ke transportasi berbasis listrik atau baterai. Sebelum akhirnya menggunakan bahan bakar berbasis hidrogen.

Baca Juga: Pakar Ungkap Alasan Krusial Sulitnya Penuhi Target Peremajaan Sawit Rakyat (PSR)

“Saat ini pengurangan penggunaan BBM melalui perubahan dari energi transportasi berbasis ICE (pembakaran internal) ke transportasi berbasis listrik atau baterai, sampai ke hidrogen di kemudian hari, target untuk menuju ke sana sudah dibuat,” imbuhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: