Profesor Budi Wiweko, yang lahir pada 15 Agustus 1971, dikenal sebagai salah satu profesor termuda dalam bidang Ilmu Kedokteran. Di antara berbagai pencapaiannya, beliau diakui sebagai dokter pertama yang melakukan simpan beku Folikel Antral di Asia dan aktif dalam pengembangan teknologi kedokteran reproduksi. Sepanjang karirnya, Profesor Budi telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Young Gynecologist Award dari Asia & Oceania pada tahun 2007, Dosen Berprestasi Nasional pada tahun 2015, menjabat sebagai Presiden Asia Pacific Initiative on Reproduction (ASPIRE), menjabat sebagai Presiden Asia Pacific Initiative on Reproduction (ASPIRE) dan merupakan pendiri Asian Society for Fertility Preservation (ASFP). Prof Budi Wiweko juga merupakan Ketua Komite dari Komite Kedokteran Reproduktif, Endokrinologi, dan Infertilitas dari Federasi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Se-Asia dan Oceania.
Dalam bidang penelitian, Profesor Wiweko telah menghasilkan lebih dari 140 publikasi di Scopus dan 62 publikasi di PubMed. Beliau memiliki H-index 15 dan telah memenangkan berbagai penghargaan penelitian, termasuk Peneliti Terbaik FKUI selama beberapa tahun berturut-turut dan Best Paper Award di Asia Pacific Initiative on Reproduction. Inovasi beliau meliputi pengembangan teknologi reproduksi seperti SMART IVF dan Indonesia Kalkulator Oosit (IKO). Prof. Budi Wiweko telah membuat berbagai inovasi penting di bidang genomik dan kedokteran presisi. Salah satu inovasi utamanya adalah pengembangan Nomogram Anti Mullerian Hormone (AMH) yang digunakan sebagai peramal usia biologis perempuan.
Sebagai salah satu founder dan Wakil Direktur IMERI, Prof. Budi Wiweko memiliki peranan strategis untuk mengarahkan berbagai program penelitian dan pendidikan untuk memperkuat kapasitas penelitian medis di Indonesia, memungkinkan kolaborasi yang lebih luas dengan institusi internasional, dan meningkatkan reputasi FKUI sebagai pusat unggulan dalam pendidikan dan penelitian kedokteran. Medical Technology Research Center, Writing Center, Research Management Office, dan Indonesia Reproductive Medicine Research and Training Center (INA REPROMED), Research Biobank dan Bioinformatics Core Facilities yang mendukung penelitian genomik dan kedokteran presisi adalah bentuk nyata inovasi dan dedikasi beliau selama ini.
Dengan diterimanya penghargaan ini, diharapkan akan semakin banyak tenaga medis Indonesia yang termotivasi untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas kesehatan perempuan dan menjalin kolaborasi dengan komunitas medis internasional.
"Penghargaan ini merupakan kehormatan besar bagi saya dan seluruh tim yang telah berkolaborasi dalam penelitian dan inovasi di bidang kedokteran reproduksi," ujar Prof. Budi.
"Ini akan menjadi motivasi bagi kami untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi di Indonesia dan Asia," lanjutnya.
Gelar kehormatan ini diharapkan dapat semakin mendorong kemajuan dalam bidang kedokteran reproduksi dan menginspirasi generasi mendatang untuk terus berinovasi dalam pelayanan kesehatan.
Prof. Iko menerima penghargaan bergengsi dunia itu saat di Indonesia saat ini dunia kedokteran sedang menghadapi berbagai tantangan dan polemik yang cukup kompleks. Salah satu isu yang cukup ramai menimbulkan pro dan kontra adalah adanya keraguan terhadap kualitas dokter lulusan dalam negeri, sehingga muncul ide “naturalisasi dokter asing di Indonesia.”.
Kehadiran dokter asing diharapkan dapat melatih dan meningkatkan keterampilan dokter lokal, mirip dengan konsep pelatih asing meningkatkan performa tim sepak bola nasional. Nah! Prof Iko yang meraih penghargaan RANZCOG telah menjawab konkret mengenai kemampuan dokter Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement