Alhamdulillah, Kondisi Sektor Jasa Keuangan Stabil di Tengah Meningkatnya Ketidakpastian Global
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan saat ini sektor jasa keuangan terjaga stabil didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global.
Tensi geopolitik global terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika politik di AS menjelang Pemilihan Presiden di November 2024, serta perkembangan terkini di Timur-Tengah dan Ukraina. Selain itu, tensi perang dagang juga meningkat khususnya terkait dengan sektor teknologi dan semi konduktor. Secara umum, pasar melakukan price in dampak kenaikan tensi geopolitik.
"Sektor jasa keuangan terjaga stabil yang didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat meningkatnya tensi perang dagang dan geopolitik serta normalisasi harga komoditas global," kata Mahendra dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Senin (5/8/2024).
Baca Juga: Survei Terbaru OJK, Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan RI Tembus 65,43% dan 75,02%
Mahendra menjelaskan, kondisi di dalam negeri pada kinerja perekonomian nasional masih cukup positif dan cenderung stabil dengan tingkat inflasi yang terjaga serta penurunan suku bunga kebijakan.
Lebih lanjut katanya, di Eropa, indikator kebijakan pada pertemuan Juli 2024 menunjukkan bahwa perekonomian terus melemah sehingga Bank Sentral Eropa ICB menahan suku bunganya.
Begitu juga di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi melambat didorong melemahnya permintaan domestik di sektor properti sehingga pemerintah dan bank sentral Tiongkok terus mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter. Tensi geopolitik yang masih sangat dinamis serta fluktuasi harga komoditas ekspor utama.
"Oleh karena itu, tensi keuangan ke depan yaitu downside risk dari pelemahan perekonomian Tiongkok, tensi geopolitik yang masih sangat dinamis serta fluktuasi harga komoditas ekspor utama," urainya.
Baca Juga: Berantas Judi Online, Lebih dari 6000 Rekening Diblokir OJK
Di sisi lain, secara umum tekanan di pasar keuangan global menurun. Ekspektasi The Fed segera menurunkan FFR telah mendorong penurunan yield USD dan pelemahan dollar index. Hal ini mendorong mulai terjadinya aliran masuk modal (inflow) ke negara emerging markets, termasuk Indonesia, sehingga pasar keuangan emerging market mayoritas menguat terutama di pasar obligasi dan nilai tukar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Fajar Sulaiman
Advertisement