- Home
- /
- New Economy
- /
- CSR
UGM dan Garuda Berinovasi: 2 Desa Maluku Tenggara Dibuat Jadi Mandiri Air Bersih
Kredit Foto: Laras Devi Rachmawati
Keterbatasan sumber air bersih akan terus menjadi permasalahan utama pulau-pulau di Indonesia, begitu juga di kampung Ohoi Rumadian dan Ohoi Debut yang terletak di Kecamatan Manyeuw, Maluku Tenggara.
Kualitas air tanah yang rendah akhirnya memaksa warga setempat untuk memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melihat hal tersebut, Kelompok Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat dari Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) yang bekerjasama dengan Garuda Indonesia menciptakan salah satu upaya untuk mengatasi krisis air tersebut.
Baca Juga: Komitmen Membangun Indonesia, Kolaborasi UGM dan Garuda Dongkrak Kesejahteraan Maluku Tenggara
Caranya dengan membuat teknologi sederhana untuk menampung kelebihan air selama musim penghujan dan selanjutnya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan ketika air tersebut dibutuhkan. Teknologi tersebut adalah Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) GAMA RAINFILTER.
GAMA RAINFILTER dibuat dan berfungsi sebagai penyedia air baku domestik dengan memanfaatkan sumber air hujan yang memanfaatkan atap sebagai tempat tangkapan hujan.
Menurut Tisa Kavita Ratria Sari, mahasiswa sekaligus penanggung jawab proyek Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) GAMA RAINFILTER, komponen pembuatan instalasi tersebut mudah didapatkan dan bisa disesuaikan dengan pengadaan barang di lokasi tersebut.

Setidaknya, ada lima komponen utama yang harus dipenuhi, yakni pipa ukuran 6 dan 4 inci, kawat strimin untuk saringan daun, bola plastik diameter 6 inci untuk saringan partikel kasar, busa untuk saringan partikel halus, dan toren air.
“Kalau untuk pipa 6 inci itu sebenarnya bisa diganti lagi pakai pipa 4 inci. Jadi alat itu (pipa 6 inci) punya Hak Kekayaan Intelektual dari dosen saya, itu enggak diperjual belikan dengan bebas pipa 6 inci. Jadi pipa 6 inci itu harus dipesan dulu gitu, itu kita kerja sama dengan Ruchika,” ungkapnya saat berada di Kecamatan Manyeuw, Maluku Tenggara, Sabtu (24/8/2024).
Lebih lanjut, Tisa mengungkapkan, perawatan instalasi ini cukup mudah dan tidak mengeluarkan biaya banyak.
“Kalau biaya produksinya kurang lebih Rp9-10 juta (pemasangan di fasilitas umum), kalau maintenance nggak mahal sih, gampang. Kita juga sudah bawa ganti filternya buat satu tahun ke depan,” ungkapnya.

Tisa berharap kedepannya masyarakat mampu membuat instalasi secara mandiri dan bisa diaplikasikan ke rumah masing-masing.
“Besok juga kita akan bagikan modul yang isinya lengkap, gimana cara penggunaannya, gimana cara perawatannya, gimana cara buatnya. Jadi harapannya tuh warga bisa mandiri, bikin itu di rumahnya mereka masing-masing. Apalagi kan banyak disini orang yang udah punya toren, tinggal pasang pipanya aja, pasang instalasi air bersihnya aja,” tandas Tisa.
Untuk diketahui, maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia baru saja melakukan kolaborasi Program Sinergi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang bertajuk “Festival Pesona Manyeuw 2024” dengan Kelompok Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat dari Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) di Kecamatan Manyeuw, Maluku Tenggara.
Program kolaborasi Garuda Indonesia dan UGM sepanjang bulan Juni – Agustus 2024 di antaranya meliputi program revitalisasi infrastruktur air minum dan irigasi (REVISI), program pelatihan dan pengembangan produk UMKM, program Manyeuw Membaca, program pelepasliaran tukik untuk konservasi habitat penyu hijau, program rehabilitasi terumbu karang di Perairan Pulau-pulau Sepuluh, program seribu pohon mangrove untuk Manyeuw, program kesehatan gratis, program Manyeuw Semangat Berantas Stunting, program seribu buku untuk Manyeuw, program pemasangan instalasi pemanen air hujan, dan ditutup dengan program Festival Pesona Manyeuw.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Laras Devi Rachmawati
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement