Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

ESDM Ingin Turunkan Emisi hingga 93%

ESDM Ingin Turunkan Emisi hingga 93% Kredit Foto: Istimewa

"Tantangan kedua adalah bagaimana menghadirkan lebih banyak EBT untuk menggantikan bahan bakar fosil dan untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan yang diperkirakan sekitar 4% per tahun," imbuh Eniya.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan itu, pemerintah telah menetapkan rencana untuk pengembangan 367 gigawatt (GW) pembangkit listrik EBT pada tahun 2060. Kapasitas PLTS akan menjadi 115 GW, pembangkit listrik terbesar, diikuti oleh PLTA (46 GW), PLT Amonia (41 GW), dan PLTB (37 GW). Selain itu, tidak ada tambahan pembangkit listrik batu bara setelah tahun 2030, kecuali yang sedang dalam tahap konstruksi.

Baca Juga: Gratis! Kementerian ESDM Konversi 1.000 Unit Sepeda Motor Listrik

Dengan transformasi sistem energi yang didominasi oleh energi terbarukan, terutama tenaga surya dan angin, Eniya menyebutkan bahwa akan muncul tantangan dalam hal stabilitas jaringan. Untuk mengelola berbagai energi terbarukan dalam jumlah besar di sektor listrik secara efektif, sumber teknologi yang menyediakan fleksibilitas perlu dipersiapkan.

Perencanaan ini, kata Eniya, akan mencakup peninjauan kembali sistem pembangkit listrik hingga transmisi dan distribusi, termasuk penyimpanan energi (baik listrik maupun termal) dan berbagai tingkatan respons permintaan.

"Untuk itu, penyimpanan energi sangat penting untuk mendukung implementasi transisi energi. Penyimpanan energi dapat meningkatkan fleksibilitas sistem tenaga listrik dan memfasilitasi dekarbonisasi melalui energi terbarukan. Ada banyak pilihan teknologi penyimpanan energi, seperti baterai, pump storage, dan hidrogen hijau," imbuhnya.

Meski memiliki prospek yang besar, Eniya mengakui bahwa keberhasilan implementasi penyimpanan energi masih bergantung pada beberapa faktor, seperti tingginya biaya baterai, kerangka kebijakan yang mendukung, kemampuan industri dalam negeri, serta pengelolaan rantai nilai lokal dan limbah.

Baca Juga: Di ICEF 2024 Bahlil Tawarkan Tiongkok Sejumlah Proyek EBT

"Akan tetapi, kita tentu sadar bahwa Indonesia memiliki banyak potensi untuk mengembangkan rantai nilai penyimpanan energi yang lebih baik secara nasional. Sumber daya mineral yang melimpah serta permintaan yang terus meningkat akan mendorong pasar penyimpanan energi di masa depan," pungkas Eniya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: