Analis Senior Fastmarket Palm Oil Analytics, Sathia Varqa, menyebut bahwa harga CPO yang rebound lantaran traders melancarkan aksi pembelian murah setelah tiga hari berturut-turut ditutup melemah. Untuk diketahui, harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) mengalami rebound lantaran traders melancarkan aksi pembelian di harga yang murah setelah melemah.
“Namun, ekspor yang lemah, ringgit yang lebih kuat, dan beberapa aksi profit taking menjelang data September dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) ‘mendorong dan menarik’ harga CPO,” ungkapnya dikutip dari Bernama, Kamis (12/9/2024).
Baca Juga: Tak Hanya Sawit, Wamentan Dorong Karet hingga Kopi Lokal Juarai Pasar Dunia
Sementara itu, David Ng selaku Trader Minyak Sawit menyebut jika harga kedelai yang melemah terus menekan harga CPO. Akan tetapi, ekspektasi produksi yang menurun bisa membatasi penurunan harga lebih dalam.
"Kami melihat support di 3.800 Ringgit Malaysia dan resistance di 3.980 Ringgit,” ucap David.
Sebagai informasi, berdasarkan data BMD, kontrak berjangka CPO untuk September 2024 tercatat menurun 14 Ringgit Malaysia 3.967 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO Oktober 2024 naik 18 Ringgit Malaysia menjadi 3.963 Ringgit Malaysia per ton.
Untuk kontrak CPO November 2024, meningkat menjdai 16 Ringgit Malaysia 3.901 Ringgit Malaysia per tonnya. Sementara itu kontrak berjangka CPO Desember 2024 ini bertambah 16 Ringgit Malaysia menjadi 3.857 Ringgit Malaysia per ton.
Baca Juga: Peneliti Temukan Intervensi Rewetting di Perkebunan Sawit
Sedangkan kontrak berjangka CPO Januari 2025 naik 14 Ringgit Malaysia menjadi 3.833 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Februari 2025 terkerek 8 Ringgit Malaysia menjadi 3.822 Ringgit Malaysia per ton.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement