Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sampoerna Agro (SGRO) Fokus Pasar Domestik, Antisipasi Kebijakan Larangan CPO

Sampoerna Agro (SGRO) Fokus Pasar Domestik, Antisipasi Kebijakan Larangan CPO Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Minyak Sawit Indonesia mengingatkan akan adanya gangguan rantai pasokan global apabila Uni Eropa (UE) melanjutkan larangan impor komoditas yang terkait dengan deforestasi tahun ini. Mengingat, UU Deforestasi UE (EUDR) akan berlaku pada 30 Desember 2024 mendatang.

Perihal masalah tersebut, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mengaku jika kebijakan pelarangan impor minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) oleh Uni Eropa tidak berdampak langsung ke kinerja mereka.

Baca Juga: Komitmen Jaga Lingkungan Sawit Berkelanjutan, MUTU International Terima Penghargaan dalam BUNEX 2024

Head of Investor Relations SGRO, Stefanus Darmagiri, menjelaskan jika kebijakan EUDR bakal berdampak terhadap produk CPO nasional yang akan diekspor ke Eropa. Sebabnya, kebijakan tersebut akan memberikan tambahan persyaratan dan kriteria-kriteria tertentu agar produk CPO nasional dapat memasuki pasar Eropa.

Terkait hal tersebut, SGRO mengaku jika pihaknya akan terus bersinergi dengan para asosiasi dan pemerintah dalam menyikapi peraturan anyar Uni Eropa tersebut.

Di sisi lain, SGRO juga terus berkomitmen untuk melaksanakan kebijakan keberlanjutan yang salah satunya adalah mencakup kebijakan no deforestation.

“Pada saat ini, SGRO hanya melakukan penjualan CPO untuk pasar domestik, sehingga EUDR tidak berdampak langsung terhadap penjualan CPO SGRO,” ujar Stefanus dalam keterangannya di media, dikutip Warta Ekonomi, Selasa (17/9/2024).

Dampak dari kebijakan EUDR terhadap industri kelapa sawit nasional, kata Stefanus, salah satunya bisa diantisipasi dengan meningkatkan permintaan CPO untuk pasar domestik. Misalnya, dengan implementasi penuh program B35 pada tahun 2024 serta wacana pemerintah untuk meningkatkan B40 pada tahun depan.

“Di samping itu, dampak pembatasan ekspor CPO ke negara-negara Eropa dapat diantisipasi oleh industri kelapa sawit dengan mencari potensi pasar-pasar yang baru, seperti Afrika dan Timur Tengah,” kata dia.

Sebagai informasi, SGRO per semester I 2024 mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 24% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 212,26 miliar seiring dengan turunnya angka penjualan.

Baca Juga: Musim Mas Pamerkan 4 Varietas Baru Sawit yang Mampu Tingkatkan TBS

SGRO mengeruk hasil penjualan sebesar Rp 2,26 triliun di akhir paruh pertama tahun ini, turun 10,95% YoY dari Rp 2,54 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: