Ajak Investor Tiongkok Berinvestasi di Indonesia, BI Beberkan 5 Faktor Penting Ini
Bank Indonesia (BI) mengajak para investor Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia khususnya pada proyek strategis energi terbarukan, teknologi digital serta hilirisasi industri.
Deputi Gubernur BI, Doni P. Joewono dalam Indonesia-China Business Forum (ICBF) mengungkap, ICBF sebagai forum untuk memperkuat kerja sama ekonomi bilateral antara Indonesia dan Tiongkok dan mempromosikan investasi di sektor-sektor strategis.
"Indonesia secara konsisten menjadi salah satu negara tujuan investasi yang paling menjanjikan bagi Tiongkok," kata Doni dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Baca Juga: Indonesia Perlu Investasi US$15,9 Miliar Hingga 2030 Buat Pengembangan EBT
Dia bilang, BI turut mempromosikan proyek investasi strategis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal) di Candi Umbul Telomoyo, Jawa Tengah, kepada kalangan Investor dan asosiasi bisnis/industri, serta perwakilan pemerintah yang menangani kebijakan ekonomi, investasi manufaktur dan ekonomi hijau di Tiongkok.
Lebih lanjut, Doni memaparkan beberapa hal penting yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Diantaranya, stabilitas Rupiah yang terjaga dan likuiditas yang memadai, didukung langkah mendorong penggunaan transaksi mata uang lokal (local currency settlement/LCT) untuk perdagangan dan investasi bilateral.
"Sejak diimplementasikan pada tahun 2021 hingga Juli 2024, nilai transaksi antara Indonesia dan Tiongkok dengan menggunakan mata uang lokal mencapai USD1,2 miliar, dengan rata-rata pengguna bulanan telah mencapai lebih dari tiga ratus perusahaan," urainya.
Selanjutnya, kondisi fundamental makroekonomi Indonesia yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Selain itu, Doni menyampaikan komitmen penuh pemerintah Indonesia pada reformasi struktural, terutama dalam menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif untuk hilirisasi industri dan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian.
Kemudian, Doni mengatakan, pertumbuhan digitalisasi yang signifikan. Selama setahun terakhir, pertumbuhan transaksi pembayaran digital berbasis QR code mencapai 200% dengan total lebih dari 52 juta pengguna dan 33 juta merchants, serta komitmen Indonesia untuk mendorong ekonomi yang inklusif dan hijau.
"Dalam hal ini, BI memainkan peran penting dalam memberikan dukungan kerangka kebijakan makroprudensial yang pro-growth," pungkasnya.
Baca Juga: BI Sebut Digitalisasi Ekonomi Seperti Dua Sisi Mata Koin, Ini Alasannya!
Doni menjelaskan, forum ICBF 2024 membahas isu diantaranya terkait peluang investasi di sekuritas Bank Indonesia serta peran LCS dalam mengurangi ketergantungan pada valuta asing lain seperti USD, untuk meminimalsir risiko fluktuasi nilai tukar dan meningkatkan efisiensi transaksi lintas negara.
"Selain itu, BI juga menerima beberapa pernyataan minat, baik langsung kepada BI maupun Bank perantara, untuk membeli Sekuritas Bank Indonesia," tutupnya.
Sebagai informasi, ICBF 2024 diselenggarakan atas kolaborasi Bank Indonesia dengan UOB China dan Bank Mandiri Shanghai, didukung oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Shanghai dan Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok. Forum ini diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang bagi pelaku usaha dan investor dari kedua negara, serta memperkuat fondasi kerja sama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement