Pakar Soroti Nasib Indonesia: Transisi Energi Dihadapkan Misi Pertumbuhan Ekonomi 8%
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menyoroti tantangan besar yang Indonesia hadapi dalam menjalankan transisi energi ditengah target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
“Transisi energi ini merupakan salah satu hal yang sangat strategis, yang mau nggak mau harus kita jalankan. Kita sebagai bangsa ini harus jalankan. Padahal di satu sisi yang lain, kita baru saja mempunyai satu Pemerintahan baru yang mungkin mempunyai aspirasi yang juga cukup tinggi di dalam pembangunan ekonomi Indonesia,” ujar Direktur Eksekutif CSIS Indonesia, Yose Rizal Damuri dalam diskusi Tinjauan Kebijakan Mendukung Transisi Energi dan Target Pertumbuhan Pemerintahan Baru di Jakarta, (22/10/2024).
Baca Juga: Dua KepGub Struktur dan Skala Upah Bakal Ancam Daya Saing Ekonomi Jabar
Yose menjabarkan, faktanya saat ini 85% bauran energi nasional masih bergantung pada energi fosil. Lewat transisi energi Pemerintah berupaya mengurangi penggunaan energi fosil sehingga dapat mencapai target enhanced Nationally Determined Contribution (e-NDC) 31,89% emisi karbon di tahun 2030.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang signifikan diinginkan Pemerintah tidak akan bisa dilepaskan tanpa topangan dari sisi energi yang andal. Untuk itu Pemerintah RI dituntut harus bisa menemukan strategi tepat guna menyeimbangkan target tersebut.
Indonesia kata Yose dikenal sebagai negara yang dikarunia energi fosil yang begitu melimpah. Contohnya batu-bara, setidaknya cadangan yang tersimpan masih cukup dimanfaatkan hingga 50 tahun kedepan.
Hal ini juga menjadi dilema bagi Indonesia bagaimana sebetulnya transisi energi ini dijalankan. Di lain sisi, transisi energi juga membutuhkan pembiayaan yang cukup besar guna membangun infrastruktur yang mampu mengakomodir energi bersih secara berkelanjutan bagi masyarakat.
Sementara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, CSIS mencatat bahwa RI juga membutuhkan investasi mencapai Rp4 ribu triliun selama 5 tahun kedepan.
Baca Juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Pemerintah Andalkan Sektor UMKM
”Kadang-kadang ada trade-off antara pertumbuhan ekonomi yang membutuhkan energi lebih tinggi dan juga terkait dengan ketahanan energi, dengan transisi energi yang perlu kita lakukan. Trade-off ini bukan sesuatu yang keniscayaan ya, tetapi kita perlu tentunya mem-balance antara keduanya dan mencari strategi yang cocok agar kita bisa mencapai keduanya ini secara bersamaan.,” lanjut Yose.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement