Pemanfaatan limbah sawit dan limbah pertanian lainnya yang digunakan untuk bahan baku pembuatan bioethanol menurut lembaga riset independen Traction Energy Asia (TEA) lebih ramah lingkungan sehingga pemerintah perlu mempertimbangkan secara serius potensi tersebut untuk digunakan sebagai energi alternatif.
Adapun bioethanol sendiri merupakan jenis bahan bakar terbarukan yang dihasilkan dari bahan baku biomassa sumber pati, sumber selulosa, serta sumber gula.
Baca Juga: Nusron: Masalah Perusahaan Sawit Tanpa HGU Rampung Desember Mendatang
Dalam keterangannya, Program Manager Traction Energi Asia, Refina Muthia Sundari menyebut jika pihaknya mendorong pemerintah untuk melakukan diversifikasi bahan baku bioethanol dan tidak hanya mengandalkan tanaman tertentu saja seperti tebu.
“Bicara soal rantai pasok, kalau misalkan memang nantinya bioetanol ada diversifikasi bahan baku dan kemudian nanti bahan bakunya berasal dari limbah, sebenarnya dari rantai pasoknya sendiri itu sudah sangat ramah lingkungan,” kata Refina, dalam keterangan yang dikutip Warta Ekonomi, Senin (4/11/2024).
Refina menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan limbah pertanian, maka hal tersebut tidak memerlukan ekstensifikasi lahan atau memperluas lahan dengan mencari lahan-lahan baru.
"Pemanfaatan limbah justru menjadi peluang bagi pemerintah untuk intensifikasi atau meningkatkan hasil pertanian," jelasnya.
Baca Juga: Kinerja Solid, Cisadane Sawit Raya (CSRA) Catatkan Pendapatan Tumbuh 12,2%
Sementara itu, apabila pemerintah menetapkan limbah kelapa sawit maupun limbah pertanian lainnya sebagai bahan baku bioethanol, Refina menilai jika hal tersebut memunculkan peluang baru untuk mendorong perekonomian regional di berbagai daerah misalnya dengan membuat kebijakan kawasan ekonomi khusus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement