Kendati demikian, dia mengingatkan kepada pemerintah bahwa kebun kelapa sawit sudah banyak tersedia di Indonesia, misalnya pulau Sumatera. Maka dari itu, dia mendorong pemerintah untuk memanfaatkan ekosistem yang sudah terbentuk untuk memaksimalkan produksi bioethanol dari limbah kelapa sawit.
“Pada prinsipnya, kalau untuk rantai pasok, semakin pendek rantai pasok, misalkan di Sumatera, kita bisa memproduksi dari Sumatera untuk Sumatera. Nah, itu akan sangat lebih murah dan juga sangat ramah lingkungan,” ucapnya.
Baca Juga: Cisadane Sawit Raya Berhasil Cetak Laba Bersih Rp125 Miliar di Tengah Kondisi Menantang
Berdasarkan hasil dari perhitungan Traction, dia menyebut bahwa limbah batang pohon kelapa sawit merupakan bahan baku yang paling ekonomis di antara bagian pohon kelapa sawit lainnya seperti tandan buah kosong maupun sabut kelapa sawit,
Biaya produksi bioethanol dari limbah batang pohon kelapa sawit sendiri dinilai lebih murah kendati nantinya masih dibutuhkan subsidi untuk membangun infrastruktur pengembangan selulosa etanol tersebut.
“Kita masih harus membangun infrastrukturnya dan lain sebagainya yang memang dibutuhkan untuk pengembangan selulosa etanol. Itu adalah batang pohon kelapa sawit dengan besaran sekitar Rp6.700 per liter untuk subsidinya. Kalau untuk biaya produksinya sebesar Rp7.000,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Presiden Prabowo Subianto dalam pidato perdananya sebagai presiden pada Oktober lalu telah menekankan swasembada energi. Menurut dia, hasil perkebunan seperti kelapa sawit, singkong, tebu dan jagung berpotensi besar untuk diolah menjadi bahan bakar nabati pengganti minyak bumi.
Dia menyebut bahwa Indonesia memiliki peluang untuk menjadi raja energi hijau dunia melalui pengembangan produk biodiesel dan bioavtur dari sawit, bioethanol dari tebu dan singkong, serta berbagai energi hijau lainnya dari angin, matahari, dan panas bumi. Visi tersebut tercetak dalam dokumen visi-misi Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Baca Juga: Petani Sawit Jadi Tumpu Utama Industri Biodiesel Indonesia
Pengembangan bioetanol juga masuk dalam program kerja Prabowo-Gibran dalam Asta Cita 2 poin ekonomi hijau. Dokumen tersebut menyebutkan tentang rencana untuk mengembangkan bioetanol dari singkong dan tebu, sekaligus menuju kemandirian komoditas gula.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement