The United States Geological Survey (USGS) dan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan Indonesia sebagai negara dengan kepemilikan sumber daya nikel terbesar ke dua di dunia dan bauksit ke empat di dunia.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid mencatat per 2023, sumber daya nikel Indonesia berupa bijih sebesar 18.550.358.128 ton dengan total cadangan 5.325.790.841 ton bijih. Sementara untuk bauksit sendiri total sumber daya yang dimiliki berupa bijih sebanyak 7.475.842.602 ton dengan total cadangannya dalam bentuk bijih sebesar 2.777.981.035 ton.
Dengan kepemilikan sumber daya itu, seharusnya kata Wafid Indonesia dapat menjadi pemain penting dalam penyediaan bahan baku tersebut.
"Sebagai yang memiliki cadangan sumber daya alam yang besar, sudah seharusnya Indonesia menjadi pemain penting,” kata Wafid pada webinar Prospeksi Dan Bisnis Industri Mineral Masa Depan yang dilaksanakan oleh Insitutut Teknologi Surabaya secara daring, Sabtu (2/11).
Dengan kondisi tersebut, Pemerintah secara perlahan terus menunjukkan komitmennya untuk dapat meningkatkan nilai tambah komoditas melalui program hilirisasi.
Baca Juga: Kementerian ESDM Apresiasi SIG dalam Pengelolaan Keselamatan Pertambangan di Tuban dan Gresik
Program hilirisasi sendiri telah menjadi prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengolahan sumber daya alam di dalam negeri.
"Berdasarkan data Kementerian Koordinator Marves, saat ini ada 147 smelter. Kalau dibagi menjadi dua metode pengolahan atau proses pengolahannya, pirometalurgi ada 49 smelter beroperasi, 35 smelter konstruksi, dan 36 smelter dalam perencanaa. Sedangkan yang kedua, metode hidrometalurgi, ada 5 plan operasi, kemudian 3 plan konstruksi, dan 19 plan perencanaan," terang Wafid.
Eksploitasi terus menerus terhadap produk nikel dan bauksit tentu akan menurunkan jumlah cadangan yang ada. Untuk itu, Badan Geologi terus melakukan identifikasi, inventarisasi untuk greenfield, serta daerah yang bisa dieksplore untuk resources maupun cadangan.
"Selama 5 tahun, yaitu tahun 2019-2023, kondisi sumber daya tereka sama dengan sumber daya terukur cukup meningkat secara signifikan," tutup Wafid.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement