Harga minyak mentah dunia merosot tajam di Jumat (8/11). Hal tersebut akibat berkurangnya kekhawatiran kelangkaan pasokan minyak hingga tak terpenuhinya ekspektasi pasarsoal keputusan stimulis ekonomi terbaru dari China.
Dilansir Senin (11/11), Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2024 turun 2,74% (US$1,98) menjadi US$70,38 per barel. Sementara Minyak Brent untuk pengiriman Januari 2025 juga tergelincir 2,33% (US$1,76), ditutup di level US$73,87 per barel.
Baca Juga: EUDR Ancam Industri Minyak Sawit, Bisa Picu Kelangkaan hingga Kenaikan Harga
Analis StoneX, Alex Hodes mengatakan sebelumnya harga minyak mengalami kenaikan pesat karena terhentinya sekitar 22% produksi minyak di Teluk Meksiko. Badai Rafael memunculkan kekhawatiran akan gangguan pasokan, namun kondisi cuaca yang berangsur pulih perlahan menggerus kekhawatiran tersebut.
“Badai Rafael kini telah melemah menjadi Kategori 2 dan bergerak ke pusat Teluk Meksiko, diperkirakan berputar di sana selama beberapa hari ke depan,” kata Hodes.
Adapun China gagal memberikan stimulus ekonomi yang diharapkan oleh investor pasar minya. Negara tersebut baru-baru ini merilis paket kebijakan untuk membantu pemerintah daerah mengatasi masalah utang. Namun, langkah ini dianggap kurang kuat dalam meningkatkan permintaan minyak mentah.
Selain kekecewaan investor terkait dengan paket stimulus tersebut, deflasi yang terus melanda ekonomi dan penurunan impor minyak selama enam bulan berturut-turut dari negara tersebut juga turut membebani pasar.
Keputusan Trump Bisa Dongkrak Harga Minyak
Meski harga minyak mengalami penurunan, beberapa faktor lain masih memberikan harapan kenaikan harga salah satunya adalah manuver politik dari Trump.
Analis PVM, John Evans mengatakan pasar minyak masih memiliki potensi untuk naik sekitar 1% dalam sepekan. Hal tersebut bisa terjadi jika ada keputusan tegas soal sanksi minyak yang diberikan oleh Donald Trump untuk Iran dan Venezuela.
“Jika Presiden terpilih Donald Trump mengambil tindakan tegas terkait sanksi minyak, harga bisa kembali naik dalam jangka pendek,” jelas Evans.
Pengetatan sanksi terhadap kedua negara tersebut diperkirakan dapat mengurangi pasokan minyak global dan berpotensi mendukung harga dalam waktu dekat. Federal Reserves (The Fed) yang telah memangkas suku bungan juga telah memberikan sentimen positif bagi pasar minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Melonjak, Keputusan The Fed Disebut Katalis Utama
Secara keseluruhan, meskipun pasar saat ini berada dalam tekanan, ada peluang untuk pemulihan harga. Namun hal tersebut tergantung pada perkembangan kebijakan dan dinamika pasokan global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement