Hadirnya program biodiesel di berbagai negara menurut Direktur Godrej International, Dorab Mistry, sangat mendorong penyerapan minyak nabati dunia. Namun, disayangkan bahwa stagnansi produksi minyak sawit membuat harganya tidak lagi kompetitif bahkan cenderung mahal sehingga daya saing di pasar global menjadi turun.
Adapun stagnasi tersebut didorong oleh persoalan domestik seperti teknologi, peremajaan, dan bibit. Menurut dia, melemahnya harga minyak bumi dalam jangka panjang membuat tren politik subsidi pemerintah terhadap biofuel tetap menjadi faktor penentu fluktuasi harga minyak nabati.
Baca Juga: Kementerian ESDM: 9 Pabrik Biodiesel Tambahan Diperlukan demi Kebut Produksi B50
"Dengan kata lain, capricious climate masih akan mewarnai perjalanan minyak nabati di tahun 2025," ungkap Dorab Mistry.
Selain itu, faktor lain yang berpotensi mendorong kenaikan harga, khususnya jika ada penundaan kebijakan biofuel salah satunya adalah cuaca di Amerika Selatan.
Lebih lanjut, harga minyak kedelai masih diprediksi tetap kuat. Hal ini didorong oleh tingginya permintaan biodiesel di Amerika Serikat serta perubahan insentif dari blenders credit menjadi producers credit. Permintaan juga diperkirakan makin meningkat seiring dengan kebijakan terkait Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia (Wamentan RI), Sudaryono alias Mas Dar, mengaku jika Indonesia terus mendorong agenda energi terbarukan yang lebih luas melalui peningkatan pencampuran biodiesel.
Indonesia disebut-sebut telah mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dan menghemat lebih dari USD 7,9 milar untuk impor bahan bakar fosil dengan mengadopsi B35 pada tahun 2023.
Baca Juga: Perisai Prabowo Siap Kawal Biodiesel, Utamakan Kesejahteraan Petani Sawit
"Sasaran B50 merupakan perubahan signifikan dalam kebijakan energi, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mendukung pertanian lokal. Namun, perluasan ini dapat berdampak pada ketahanan pangan dan juga pasokan minyak sawit, terutama untuk ekspor," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement