Harga minyak mentah dunia kembali menguat pada penutupan perdagangan di Rabu (13/11). Aksi beli oleh investor terjadi setelah harga minyak sebelumnya sempat jatuh ke level terendah dalam dua minggu terakhir.
Dilansir Kamis (14/11), WTI Crude (Desember 2024) naik 31 sen atau 0,46%, ditutup di level US$68,43 per barel. Sementara Brent Crude (Januari 2025) menguat 39 sen atau 0,54%, menjadi US$72,28 per barel.
Baca Juga: PENN Memulai Feed Proyek Pengembangan Offshore Lapangan Minyak Ande Ande Lumut
Penguatan tersebut rupanya tidak terlepas dari sejumlah dinamika pasar khususnya ketegangan geopolitik serta manuver dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
OPEC baru-baru ini menunjukkan pemangkasan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 dan 2025. Alasan utama dari perubahan ini adalah penurunan permintaan di China dan India.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman membahas pentingnya koordinasi dalam OPEC+. Kerja sama itu diharapkan membantu menstabilkan pasar minyak di tengah ketidakpastian global.
Adapun pasar minyak global masih menghadapi risiko ketegangan antara Iran dan Israel. Amerika Serikat (AS) diprediksi juga akan memberikan sanksi tambahan terkait hal tersebut. Investor juga mesti mewaspadai kemungkinan kebijakan proteksionisme dari Donald Trump.
Kenaikan harga minyak juga terbatas oleh penguatan dolar AS. Dolar yang kuat membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli internasional, sehingga dapat menekan permintaan.
Baca Juga: Harga Minyak Global Stagnan, Investor Main Aman Tunggu Kepastian dari OPEC
Investor kini menanti laporan data stok minyak mingguan dari American Petroleum Institute (API). Perkiraan awal menunjukkan peningkatan sebesar 100.000 barel. Investor diminta cermat dalam menyoroti sejumlah sentimen pasar sebagai petunjuk arah selanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement