- Home
- /
- Government
- /
- Government
Saat Peternak Pusing Susu Tak Laku, Budi Arie Malah Sebut Pasokan Susu Kurang!
Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menyatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dimulai Januari 2025 membutuhkan pasokan susu lokal dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan 15 juta penerima manfaat. Pernyataan ini menyusul keluhan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) terkait sulitnya pemasaran susu segar dari peternak.
“Tidak perlu takut soal pasar, kan sudah diciptakan dengan adanya program MBG ini. Justru kita saat ini kekurangan pasokan susu, maka kita akan amankan produksi susu dalam negeri untuk kebutuhan MBG," ujar Budi Arie dalam keterangannya, Jumat (15/11).
Rata-rata produksi harian susu segar di Indonesia mencapai 1,23 juta liter per hari, menurut data GKSI. Namun, untuk memenuhi kebutuhan program MBG, diperlukan setidaknya 3 juta liter per hari. Dengan demikian, ada kesenjangan signifikan yang perlu diatasi melalui peningkatan produktivitas.
Baca Juga: Aksi Peternak Buang Susu dan Kedaulatan Peternak Susu Sapi Nasional
Budi Arie mengakui bahwa populasi sapi perah yang terus menurun menjadi kendala utama. Sebelum wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), jumlah sapi perah mencapai 239.196 ekor, namun kini hanya tersisa 214.878 ekor.
“Kami akan berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk menyampaikan langsung masalah ini kepada Presiden Prabowo Subianto agar ada kebijakan afirmatif. Program MBG ini adalah momentum kebangkitan koperasi susu nasional,” tegas Budi Arie.
Baca Juga: Pemerintah Bebaskan Pajak Susu Impor, Tapi Ada Kriterianya, Apa Itu?
Selain fokus pada peningkatan jumlah sapi dan produktivitas, Menkop juga mendorong koperasi untuk berinovasi dalam hilirisasi produk susu. “Koperasi harus terlibat dalam hilirisasi. Dari susu, produk turunannya seperti keju, yogurt, hingga mozzarella sudah banyak, tapi potensi pengembangannya masih terbuka lebar,” tambahnya.
Namun, di sisi lain, Sekretaris GKSI Unang Sudarma mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi peternak, termasuk sulitnya menjaga kesegaran susu karena terbatasnya fasilitas pendingin. “Selain itu, regenerasi peternak juga lambat karena generasi muda kurang tertarik beternak. Kami berharap Pak Menteri bisa memperjuangkan solusi untuk masalah kami,” ujar Unang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement