Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Untung Rugi Dividen Adaro Jelang Spin-Off AADI

Untung Rugi Dividen Adaro Jelang Spin-Off AADI Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) pada 18 November 2024, membuat investor dihadapkan pada dua pilihan strategis terkait aksi korporasi perusahaan yakni mengambil dividen tunai maksimal Rp1.352 per saham atau menggunakan dividen tersebut untuk berpartisipasi dalam Penawaran Umum Pemegang Saham (PUPS) Adaro Andalan Indonesia (AADI).

Hendriko Gani, Investment Analyst Stockbit, menjelaskan bahwa opsi pertama, yakni menggunakan dividen untuk membeli saham AADI melalui PUPS, menawarkan potensi keuntungan lebih tinggi. 

"Harga saham AADI berpeluang mengalami re-rating ke level 5x PE, yang masih konservatif dibandingkan valuasi emiten sejenis seperti PTBA dan ITMG. Sementara itu, harga saham ADRO mungkin mengalami koreksi pasca-spin-off, tetapi valuasinya tetap kompetitif," ujar Hendriko.

Baca Juga: Investor Wajib Tahu! Adaro Siapkan Rp41 Triliun Buat Tambahan Dividen Interim

Dalam skenario terbaik, investor yang mengikuti PUPS dapat menikmati keuntungan dari kombinasi valuasi ADRO di 6,6x PE dan AADI di 5x PE. Bahkan dalam skenario terburuk, kerugian investor yang berpartisipasi dalam PUPS diperkirakan hanya -5,7%, jauh lebih kecil dibandingkan -14,9% jika memilih dividen tunai.

Baca Juga: Melirik Tawaran Adaro Andalan (AADI), Gimana Prospeknya?

Di sisi lain, investor yang hanya mengambil dividen tunai berisiko menghadapi penurunan harga saham ADRO tanpa mendapatkan potensi kenaikan dari saham AADI. Hak untuk menebus saham AADI melalui PUPS juga tidak dapat diperjualbelikan, sehingga keputusan untuk tidak berpartisipasi berpotensi merugikan, terutama mengingat valuasi AADI yang diestimasi lebih menarik dibandingkan valuasi historis ADRO.

Dalam jangka panjang, sentimen pasar terhadap ADRO akan dipengaruhi pengembangan proyek strategis, seperti smelter aluminium dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), yang diharapkan beroperasi pada 2025 dan 2030. Pemegang saham perlu mempertimbangkan risiko dan peluang dari kedua opsi tersebut berdasarkan profil investasi masing-masing.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: