Kredit Foto: Reuters/Paul Yeung
Harga minyak mentah dunia kembali melemah pada penutupan perdagangan di Kamis (26/12). Penguatan dolar kembali menjadi biang kerok koreksi meski terdapat sentimen positif seperti dorongan dari stimulus besar yang diumumkan oleh China.
Dilansir Jumat (27/12), Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 turun 0,68% atau 48 sen menjadi US$69,62 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari 2025 melemah 0,43% atau 32 sen ke US$73,26 per barel di London ICE Futures Exchange.
Baca Juga: Sederet Perusahaan China Ini Bakal Gelontorkan Invetasi Baru di Indonesia
Kepala Ekonom Matador Economics, Tim Snyder mengatakan koreksi kali ini diakibatkan adanya penguatan dolar dari Amerika Serikat (AS). Penguatan dolar membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang global lain.
Meski begitu, pasar tengah mendapatkan angin segara melalui adanya pengumuman rencana penerbitan obligasi senilai 3 triliun yuan (sekitar US$411 miliar) untuk mendukung pemulihan ekonomi di China.
Tim mengatakan pengumuman tersebut memberikan sedikit harapan bahwa permintaan energi global akan membaik menyusul adanya perbaikan ekonomi dari China.
“Stimulus ekonomi biasanya meningkatkan permintaan energi, sehingga harga minyak bisa naik,” ujar Tim.
World Bank baru-baru ini juga menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tersebut untuk 2024 dan 2025. Namun, tantangan besar tetap ada, seperti lesunya sektor properti serta rendahnya kepercayaan konsumen dan bisnis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement