Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

IHSG Hadapi Ketidakpastian Ekonomi, Pasar Memilih Wait and See

IHSG Hadapi Ketidakpastian Ekonomi, Pasar Memilih Wait and See Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah sebesar 15,76 poin atau 0,22% ke level 7.064,59 dalam perdagangan di Kamis (9/1). Hal ini menyusul kekhawatiran pasar terkait dengan perlambatan ekonomi global serta arah kebijakan ekonomi dari Amerika Serikat (AS).

Dilansir Jumat (10/1), frekuensi perdagangan saham dalam sesi kali ini tercatat sebanyak 1.104.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 16,25 miliar lembar saham senilai Rp7,85 triliun. 263 saham mencatatkan penguatan, 366 saham menurun, dan 323 tidak bergerak nilainya alias stagnan. Adapun tiga sektor yang menahan koreksi bursa turun lebih dalam adalah sektor industri, sektor transportasi & logistik dan sektor properti.

Baca Juga: Perkuat Investasi, Emtek Borong Lagi 121,63 Juta Lembar Saham SCMA

Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kagiannya mengatakan bahwa pasar tengah waspada menyusul adanya sinyal penahanan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed).

"Bursa regional cenderung bergerak melemah, pasar tampaknya merespon risalah bank sentral yang menunjukkan akan ada perlambatan pelonggaran kebijakan moneter di tengah inflasi diprediksi masih berlanjut," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas.

Kekhawatiran terkait dengan inflasi ini diperburuk dengan belum adanya kepastian terkait dengan arah kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Presiden Donald Trump. Baru-baru ini, sosok presiden terpilih tersebut kembali membuat pasar khawatir dengan rencananya mempertimbangkan keadaan darurat ekonomi nasional untuk memberlakukan tarif impor baru.

Dari Asia, pasar juga turut khawatir dengan adanya sinyal perlambatan ekonomi dari China. Inflasi harga konsumen negara tersebut hanya naik 0,1% di Desember 2024. Capaian ini menjadi yang terendah dalam sembilan bulan.

Baca Juga: Pengendali Buang 34,88 Juta Saham SULI, Kepemilikannya Sisa Segini

Baca Juga: Bursa Asia Lesu, Investor Waspadai Dinamika Ekonomi China dan AS

Harga produsen juga terus mengalami kontraksi selama dua puluh tujuh bulan berturut-turut. Catatan ini membuat adanya kekhawatiran akan deflasi meski pemerintah setempat terus memberikan dukungan moneter dan fiskal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: