Bursa Asia Lesu, Investor Waspadai Dinamika Ekonomi China dan AS

Bursa Asia mengalami tekanan pada perdagangan di Kamis (9/1). Penurunan ini terjadi setelah adanya sinyal penundaan pelonggaran kebijakan moneter dari Amerika Serikat (AS).

Dilansir Jumat (10/1), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks yang tergolong masuk ke dalam Bursa Asia. Hampir semua indeks mencatatkan koreksi yang signifikan:

• Hang Seng (Hong Kong): Turun tipis 0,20% 19.240,89.
• CSI 300 (China): Melemah 0,25% ke posisi 3.779,88.
• Shanghai Composite (China): Turun 0,58% ke 3.211,39.
• Nikkei 225 (Jepang): Melemah 0,94% ke 39.605,09.
• Topix (Jepang): Turun 1,23% ke 2.735,92.
• S&P/ASX 200 (Australia): Turun 0,24% ke 8.329,2.
• Kospi (Korea Selatan): Naik tipis 0,034% ke 2.521,9.
• Kosdaq (Korea Selatan): Melonjak 0,54% ke 723,52.

Pasar tengah khawatir dengan kemungkinan kebijakan suku bunga tinggi akan dipertahankan oleh Federal Reserve (The Fed). Prospek kebijakan moneter ketat yang lebih lama karena inflasi yang tetap memberikan kekhawatiran terhadap pasar saham global termasuk di Asia.

Kekhawatiran terkait dengan inflasi ini diperburuk dengan belum adanya kepastian terkait dengan arah kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Presiden Donald Trump.

Baru-baru ini, sosok presiden terpilih tersebut kembali membuat pasar khawatir dengan rencananya mempertimbangkan keadaan darurat ekonomi nasional untuk memberlakukan tarif impor baru.

Baca Juga: Perkuat Investasi, Emtek Borong Lagi 121,63 Juta Lembar Saham SCMA

Adapun Indeks Harga Konsumen (CPI) China hanya naik 0,1% secara tahunan di Desember 2024. Sementara Indeks Harga Produsen (PPI) turun 2,3% secara year-on-year. Capaian ini memperkuat kekhawatiran adanya pelambatan ekonomi sampai belum optimalnya kebijakan stimulus di China.