- Home
- /
- Kabar Sawit
- /
- Agronomi
Petani Milenial Dukung Pembukaan Lahan Sawit Era Prabowo: Wajar Kerahkan Polri hingga TNI

Petani sawit milenial asal Kalimantan Timur (Kaltim), Akhmad Indradi, mengungkapkan bahwa pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang akan mendorong komoditas sawit, termasuk ekstensifikasi lahan atau pembukaan lahan baru besar-besaran adalah hal yang wajar.
Sikap nasionalisnya tersebut dilatarbelakangi pandangannya yang menilai jika Prabowo mendukung sektor dan industri strategis sawit yang terbukti sangat kompetitif baik secara nasional maupun internasional sehingga menjadi anadalan Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memberi kontribusi besar pada perekonomian Indonesia.
Baca Juga: APKASINDO Minta Petani Sawit Tak Panik Soal Penundaan Dana PSR, Ini Alasannya!
Tak hanya itu, pandangannya tersebut juga sebagai bagian dari responnya terhadap framing negatif beberapa organisasi lembaga swadaya masyarakat (LSM)/NGO terkait dengan sawit.
“Wajar dan tepat Presiden mengatakan bahwa sawit adalah aset Indonesia dan memerintahkan TNI, Polri, Gubernur, Bupati dan Walikota untuk menjaganya,” kata Akhmad dalam keterangannya, dikutip Jumat (17/1/2025).
Menurut dia, hal yang sama juga akan terjadi seandainya pemimpin dari Amerika dan Eropa berpidato untuk mendukung industri minyak lain seperti kedelai, minyak bunga matahari, dan lain sebagainya yang mereka produksi.
“Itu juga hal yang wajar. Masing-masing negara punya sektor/komoditi strategis unggulan yg pasti didukung habis-habisan oleh pemerintahnya,” ungkap Akhmad.
Poin kedua adalah Akhmad menekankan bahwa perluasan lahan sawit tidak berarti membabat hutan alam, tetapi memanfaatkan kawasan hutan terdegradasi melalui reforestasi. Namun, pidato Presiden belum menjelaskan strategi rinci terkait ini.
“Tentu kita yakin bahwa bukan dengan membabat hutan alam. Namun dengan reforestasi areal berstatus kawasan hutan yang tidak lagi berhutan atau kawasan hutan terdegredasi dengan tanaman kelapa sawit. Apakah optimalisasi kawasan hutan yang sudah tidak berhutan masuk kategori deforestasi atau tidak?" ungkap Akhmad.
Akhmad berdalih jika pidato tersebut masih belum lengkap dan kerap menjadi framing negatif karena memang momen saat itu bukanlah forum khusus terkait dengan kelapa sawit. Sehingga, belum tuntasnya pidato presiden tersebut menurut Akhmad menjadi ocehan tak berdasar ilmiah para aktivis lingkungan dari NGO/LSM.
Poin ketiga menurut Akhmad adalah kritik aktivis lingkungan kerap memuat dasar ketidakadilan. Pasalnya, perbandingan antara kebun sawit dan hutan alam sudah tidak adil. Semua sektor ekonomi, termasuk pertanian dan industri, membutuhkan lahan yang mengubah kondisi lingkungan awal.
“Semestinya mereka melihat dengan bijak bahwa pengembangan sektor/ komoditi unggulan apapun oleh setiap negara di dunia ini pasti akan memerlukan sumber daya, antara lain lahan, yang menyebabkan perubahan kondisi lingkungan awal. Bukan hanya pertanian/perkebunan saja, tapi juga peternakan, perikanan, manufaktur, industri, pemukiman, dan lain-lain,” ucap dia.
Disinggung perihal komoditas minyak nabati, dirinya menjelaskan tiap negara sudah memiliki preferensi komoditasnya masing-masing serta argument untuk mengatakan bahwa komoditinya tersebut paling ramah lingkungan.
“Jika ingin lebih fair, kenapa NGO/LSM tersebut tidak membandingkan berapa karbon yang diserap oleh sawit dibandingkan kedelai, bunga matahari, dan lain-lain. Alih-alih membandingkan lahan pertanian dan perkebunan dengan hutan alam,” bebernya.
Dirinya pun menuding jika aktivis lingkungan kurang bijak karena mereka sendiri memanfaatkan produk turunan sawit dalam kesehariannya. Tak hanya itu, dirinya juga menyinggung perihal pembukaan lahan besar-besaran yang dilakukan oleh Amerika untuk kedelai.
Terakhir, dirinya berharap agar pembukaan lahan sawit baru nanti yang dilakukan oleh Presiden Prabowo diperuntukkan sebesarnya untuk perkebunan rakyat, bukan untuk izin Hak Guna Usaha (HGU) yang baru.
Baca Juga: BPDPKS Buka Suara Soal Berhentinya Pencairan Dana Peremajaan Sawit, Ini Alasannya!
“Kami mendukung implementasi Asta Cita Presiden Prabowo untuk Indonesia Emas 2045 dan Kami Petani Sawit Indonesia ada disana,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement