
The Body Shop didirikan pada tahun 1976 oleh Dame Anita Roddick, seorang aktivis lingkungan dan hak asasi manusia asal Inggris. Usaha kecil yang bermula di Brighton ini hanya menjual 25 produk dengan konsep daur ulang kemasan dan penggunaan bahan alami yang diperoleh secara etis serta bebas dari uji coba pada hewan.
Bisnis yang dibangun menggunakan etika baik tersebut berkembang pesat. Hampir 40 tahun kemudian, atau tepatnya pada 2014, The Body Shop telah memiliki lebih dari 300 produk dan lebih dari 3.000 toko di seluruh dunia.
Sayangnya, pencapaian The Body Shop pada tahun itu kemudian diikuti penurunan. Pada tahun 2022, The Body Shop hanya memiliki kurang dari 2.500 gerai di seluruh dunia dan 60 persen di antaranya berstatus franchise.
Baca Juga: Sukses Danai Pendirian DeepSeek, Inilah Tujuan Awal Perusahaan Dana Lindung Nilai High-Flyer
Sebagai pelopor dalam industri kecantikan, The Body Shop menjadi salah satu merek pertama yang melarang uji coba pada hewan serta memperkenalkan konsep Perdagangan Adil (Fair Trade). Hal ini menjadi daya tarik besar bagi The Body Shop.
Namun, pada 2006, Roddick menjual The Body Shop kepada L'Oréal seharga £652 juta. Tentu saja ha itu menuai kontroversi, karena L'Oréal diketahui masih melakukan pengujian pada hewan. Ketika itu, Roddick beralasan bahwa The Body Shop bakal menjadi "kuda Troya" untuk memengaruhi dan mengubah industri kecantikan dari dalam. Sayangnya, ia meninggal pada 2007 sehingga dampak dari strateginya tidak terwujud.
Pada 2017, Natura &Co mengakuisisi The Body Shop dari L'Oréal seharga $1 miliar. Kemudian, pada November 2023, perusahaan ekuitas swasta Eropa, Aurelius, membeli The Body Shop dengan harga lebih dari $250 juta. Namun, hanya tiga bulan setelah akuisisi, bisnis The Body Shop di Inggris mengajukan kebangkrutan.
Di Amerika Serikat, The Body Shop telah menutup 50 gerainya, sementara di Kanada, 33 dari 105 toko telah berhenti beroperasi. The Body Shop International juga mengumumkan bahwa tidak akan memberikan pendanaan lagi bagi operasional bisnis di AS setelah 1 Maret 2024.
Baca Juga: Dari Tak Bisa Calistung, Zhang Junjie Sukses Dirikan Chagee dan Miliki 6000 Gerai
Di tengah menurunnya popularitas The Body Shop di negara asalnya, Inggris, merek kosmetik berbasis ramah lingkungan ini justru tetap stabil di Indonesia. Beroperasi di bawah naungan PT Monica Hijau Lestari, The Body Shop Indonesia telah hadir sejak tahun 1992 dengan gerai pertamanya di Pondok Indah Mall, Jakarta. Sejak itu, merek ini terus berkembang dan mempertahankan posisinya di pasar kosmetik Indonesia.
Salah satu faktor utama yang membuat The Body Shop tetap relevan di Indonesia adalah besarnya minat konsumen terhadap konsep ramah lingkungan atau go green yang diusung oleh merek ini. Sementara di negara asalnya pendekatan tersebut mulai dipandang skeptis, di Indonesia konsep ini justru masih menarik perhatian masyarakat yang semakin peduli terhadap isu keberlanjutan.
Untuk memperkuat komitmen terhadap prinsip ramah lingkungan, The Body Shop Indonesia telah menghadirkan Refill Station di 28 gerai yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Inisiatif ini memungkinkan pelanggan untuk mengisi ulang produk tertentu, mengurangi limbah kemasan plastik, dan mendukung gaya hidup yang lebih berkelanjutan.
Dalam sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya, CEO The Body Shop Indonesia, Suzy Hutomo, menegaskan bahwa The Body Shop Indonesia akan terus berkembang secara independen. Tidak seperti di Eropa dan Amerika yang berada di bawah kendali The Body Shop International, Ltd., operasional di Indonesia memiliki otonomi tersendiri, yang memungkinkan strategi bisnis lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan pasar lokal.
“CEO kami, Suzy Hutomo, menyatakan bahwa The Body Shop akan terus ada untuk Beauty Lovers, dengan selalu mempertahankan nilai-nilai otentik dari Anita Roddick," tulis Suzy Hutomo pada Sabtu, 16 Maret 2024, melalui akun Instagram @sustainable_suzy dan @thebodyshopindo.
Dalam unggahan tersebut, Suzy menegaskan bahwa The Body Shop Indonesia tetap berpegang pada nilai-nilai otentik yang ditanamkan oleh pendiri merek ini, Anita Roddick. Nilai-nilai tersebut, seperti etika bisnis yang berkelanjutan, penggunaan bahan alami, serta kepedulian terhadap lingkungan dan hak asasi manusia, menjadi landasan yang terus dipertahankan agar bisnis ini tetap relevan di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement