Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sukses Danai Pendirian DeepSeek, Inilah Tujuan Awal Perusahaan Dana Lindung Nilai High-Flyer

Sukses Danai Pendirian DeepSeek, Inilah Tujuan Awal Perusahaan Dana Lindung Nilai High-Flyer Kredit Foto: Pexels/Matheus Bertelli
Warta Ekonomi, Jakarta -

DeepSeek merupakan perusahaan kecerdasan buatan (AI) yang didirikan pada 2 November 2023 oleh investor Tiongkok, Liang Wenfeng. Ketika akhirnya dirilis untuk akses global pada 20 Januari 2025 lalu, perusahaan ini mengguncang banyak saham perusahaan digital Barat. 

Di tengah anjloknya harga saham perusahaan teknologi yang selama ini dikenal kuat itu, muncul berbagai pertanyaan mengenai DeepSeek. Siapa pendiri dan pemodalnya?

Pendiri DeepSeek tidaklah rahasia. Kompetitor OpenAI ini dibangun oleh Liang Wenfeng, sosok investor yang tidak cukup dikenal selama ini. Bahkan ketika hasil kerjanya sedang dibicarakan oleh banyak orang sedunia, sosoknya tetap tak banyak muncul. 

DeepSeek disebut beroperasi secara independen, tetapi pendanaannya berasal dari sebuah dana lindung nilai (hedge fund) High-Flyer. Perusahaan High-Flyer, yang juga didirikan oleh Liang Wenfeng, tidak hanya berperan sebagai sumber dana utama, tetapi juga memiliki keterkaitan dalam hal teknologi dan infrastruktur dengan DeepSeek.

Pada awalnya, High-Flyer disebut telah membangun portofolio senilai 100 miliar yuan ($13,79 miliar) dengan tujuan membuat platform pengambil keputusan investasi. Namun, pada tahun 2023, perusahaan ini mengubah tujuan dan lebih fokus pada pengembangan AI paling mutakhir.

"High-Flyer akan memusatkan sumber daya dan kekuatannya, mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk melayani teknologi AI yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia, menciptakan kelompok penelitian independen baru, dan mengeksplorasi esensi AGI," pernyataan perusahaan itu dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Tencent hingga Alibaba, Industri China Berlomba Hadir 'Bekingi' DeepSeek

High-Flyer didirikan pada Februari 2016 oleh Liang Wenfeng bersama dua rekannya dari Universitas Zhejiang. Berawal dari eksperimen dalam perdagangan algoritmik selama krisis keuangan 2007–2008, perusahaan ini membuat platform bantuan investasi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan. 

Hingga kini diketahui bahwa High-Flyer memiliki dua anak perusahaan yang diatur oleh Asosiasi Manajer Aset Tiongkok (AMAC), yaitu Zhejiang High-Flyer Asset Management Co., Ltd. dan Ningbo High-Flyer Quant Investment Management Partnership LLP. Kedua perusahaan ini mengelola lebih dari 450 produk investasi.

Pada 2019, High-Flyer mendirikan High-Flyer AI yang didedikasikan untuk penelitian algoritma AI dan aplikasinya. Setahun kemudian, mereka membangun Fire-Flyer I, sebuah superkomputer untuk pembelajaran mendalam AI dengan biaya sekitar 200 juta Yuan. 

Fire-Flyer II, yang menggantikan versi sebelumnya pada 2021, disebut memiliki 10.000 unit Nvidia A100 GPU dengan investasi sebesar 1 miliar Yuan. Infrastruktur ini menjadi pondasi bagi pengembangan model AI, termasuk yang digunakan oleh DeepSeek.

Meskipun DeepSeek sepenuhnya didanai oleh High-Flyer, jumlah nilai investasi spesifik yang telah dikucurkan tidak diungkapkan secara publik. Yang pasti, High-Flyer memiliki kantor di gedung yang sama dengan DeepSeek dan memiliki paten terkait klaster chip yang digunakan dalam pelatihan model AI perusahaan tersebut. 

Mengutip Reuters, Liang Wenfeng memiliki 55% saham di High-Flyer dan menguasai 99% hak suara, sementara sisanya dimiliki oleh eksekutif lainnya dalam perusahaan High-Flyer. Jumlah kepemilikan tersebut sepertinya tak akan banyak berubah karena Deepseek belum membutuhkan investor. 

Baca Juga: Giliran Pemerintah India Batasi Penggunaan Model AI: ChatGPT hingga DeepSeek

Baca Juga: Dari Tak Bisa Calistung, Zhang Junjie Sukses Dirikan Chagee dan Miliki 6000 Gerai

Dalam sebuah wawancara dengan China Waves pada Juli 2024, Liang Wenfeng menegaskan bahwa High-Flyer tidak berencana menjadikan DeepSeek perusahaan publik dalam waktu dekat. Menurutnya, tantangan utama yang dihadapi bukanlah pendanaan, melainkan embargo chip kelas atas yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, yang berdampak pada pengembangan teknologi AI di Tiongkok.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: