
Penurunan tingkat keberhasilan pembuahan di perkebunan kelapa sawit atau yang bisa disebut dengan fruit set semakin mengkhawatirkan.
Metode assisted pollination (aspol) pun dinilai menjadi solusi realistis kendati hal tersebut bakal meningkatkan biaya produksi akibat penggunaan tenaga kerja tambahan.
Di satu sisi, efektivitasnya dalam meningkatkan fruit set membuat banyak perusahaan perkebunan pun mulai menerapkannya. Rendahnya fruit set dan solusi cepat untuk mengatasinya pun menjadi salah satu topik utama dalam 2nd International Symposium Ganoderma Conference and Exhibition (ISGANO) 2025 yang digelar di Bandung, Jawa Barat.
Dalam acara tersebut, dibahas juga peran Elaeidobius kamerunicus, kumbang penyerbuk utama kelapa sawit, yang kinerjanya dinilai menurun setelah lebih dari 40 tahun di Indonesia.
Baca Juga: Ancaman Ganoderma Belum Usai, Pemerintah Dorong Inovasi Benih Sawit Tahan Penyakit
Para peneliti menilai meskipun aspol menjadi solusi jangka pendek, namun hingga saat ini mereka terus mencari cara agar penyerbukan sawit bisa kembali berjalan alami.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun diketahui tengah mengembangkan Elaeidobius kamerunicus super melalui eksplorasi genetik dan pemuliaan selektif. Proses ini melibatkan penelitian mendalam mengenai ekologi, morfologi, serta karakteristik molekuler serangga tersebut.
“Tahun 2025 kami fokus pada eksplorasi dan identifikasi berbagai jenis Elaeidobius di Indonesia. Pada 2026, kami akan mulai uji jelajah, seleksi, dan pengembangan teknologi perbanyakan, lalu di 2027 kami targetkan super Elaeidobius dengan keunggulan tertentu,” ujar Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Setiari Marwanto, Kamis (6/2/2025).
Tak hanya dari pihak BRIN saja, Perhimpunan Ilmu Pemuliaan dan Perbenihan Sawit Indonesia (PIPPSI) juga melakukan serangkaian penelitian untuk mengintroduksi spesies Elaeidobius baru dari Tanzania.
Tim PIPPSI telah mengirim dua entomolog ke Tanzania untuk mengeksplorasi tujuh spesies potensial, dengan kandidat utama E. subvittatus yang berukuran kecil dan mampu menjangkau bunga bagian dalam.
Baca Juga: Masa Depan Sawit Berkelanjutan Dibahas di ICOPE 2025, Ini Fokus Utamanya!
Dalam kesempatan yang sama, Cahyo Sri Wibowo selaku Wakil Ketua PIPPSI menegaskan bahwa dibutuhkan solusi jangka panjang agar penyerbukan sawit dapat kembali optimal tanpa harus mengandalkan aspol.
Selain introduksi spesies anyar, para peneliti juga melakukan penelitian pada teknik pemangkasan berlebih (over pruning), metode penetasan serangga (hatch and carry), serta penggunaan zat pemikat (attractant) untuk meningkatkan populasi kumbang penyerbuk.
“Di tengah berbagai upaya riset, aspol tetap menjadi pilihan terbaik untuk saat ini Meskipun biaya tenaga kerja meningkat, hasilnya sebanding dengan peningkatan produksi fruit set,” ujar Cahyo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement