Kredit Foto: Merdeka Battery
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) melaporkan peningkatan operasional yang kuat untuk kuartal yang berakhir pada 31 Desember 2024, ditandai dengan pertumbuhan signifikan dalam penambangan nikel dan pencapaian produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) perdana.
Tambang SCM (Sulawesi Cahaya Mineral) mencapai rekor produksi bijih tertinggi dalam satu kuartal dengan menghasilkan 3,0 juta wet metric ton (wmt) saprolit dan 3,4 juta wmt limonit. Jumlah ini menunjukkan kenaikan secara tahunan (year-on-year/YoY) sebesar 108% dan 110%. Selama kuartal ini, 2,01 juta wmt bijih saprolit dikirim ke pabrik peleburan RKEF MBMA, sementara 4,1 juta wmt bijih limonit dijual ke PT Huayue Nickel Cobalt (HNC), menghasilkan pendapatan sebelum diaudit sebesar US$73,2 juta dengan harga jual rata-rata atau average sales price (ASP) sebesar US$17,9/wmt.
Pada 2024, Tambang SCM meningkatkan dan memperluas operasi penambangan serta infrastrukturnya, sehingga menghasilkan peningkatan produksi bijih secara signifikan dan penurunan biaya penambangan. Tambang SCM berhasil meningkatkan produksi bijih lebih dari dua kali lipat dengan produksi saprolit sebesar 4,9 juta wmt pada FY2024, dibandingkan dengan 2,3 juta wmt pada FY2023. Selain itu, produksi limonit mencapai 10,1 juta wmt pada FY2024.
Baca Juga: Kuartal III 2024: Merdeka Battery (MBMA) Sukses Catat Laba US$1,38 M
Peningkatan substansial dalam produksi bijih disertai dengan pengurangan biaya yang signifikan. Pada akhir kuartal keempat 2024, cash cost atau biaya tunai saprolit turun menjadi US$21,6/wmt dari US$28,4/wmt pada kuartal pertama. Demikian pula, cash cost limonit turun menjadi US$9,0/wmt dari US$11,5/wmt pada periode yang sama.
Selama kuartal ini, fasilitas pemurnian MBMA memproduksi total 30.716 ton nikel, yang mencakup 18.823 ton nikel dalam nickel pig iron (NPI) dan 11.893 ton nikel dalam high-grade nickel matte (HGNM). Produksi ini menghasilkan pendapatan sebelum diaudit sebesar US$223,8 juta dari NPI dan US$158,8 juta dari HGNM, dengan ASP masing-masing sebesar US$11.887/t dan US$13.229/t.
Pada FY2024, MBMA memproduksi 82.161 ton nikel dalam NPI dengan cash cost US$10.307/t, sesuai dengan rentang panduan 2024. Hal ini mencerminkan peningkatan volume sebesar 26% YoY dan penurunan biaya sebesar 15% YoY. Sementara itu, produksi HGNM mencapai 50.315 ton dengan biaya tunai US$13.547/t, juga dalam rentang panduan. Hal ini menunjukkan peningkatan volume sebesar 66% YoY dan penurunan biaya sebesar 8% YoY.
"Kinerja operasional kami yang kuat pada 2024 mencerminkan komitmen kami terhadap efisiensi, keberlanjutan, dan inovasi. Memasuki 2025, MBMA dalam posisi pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh peningkatan produksi bijih nikel, peningkatan produksi pemurnian nikel, dan beroperasinya fasilitas HPAL. Pencapaian ini akan semakin memperkuat posisi kami sebagai pemain global dalam rantai nilai baterai dan kendaraan listrik," kata Teddy Oetomo, Presiden Direktur MBMA, Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Baca Juga: MBMA Kantongi Restu Gelar Private Placement hingga Perubahan Penggunaan Dana Hasil IPO
Kegiatan commissioning di Pabrik AIM berjalan dengan baik. Pabrik pirit (Pyrite Plant) telah beroperasi penuh, dan pabrik asam (Acid Plant) telah beroperasi sejak April 2024. Selama kuartal empat, Acid Plant mencapai produksi tertinggi, menghasilkan 164.985 ton asam dan 225.036 ton uap. Pembangunan pabrik klorida (Chlorine Plant) telah selesai dan sedang dalam tahap commissioning. Pabrik katoda tembaga (Copper Cathode Plant) sedang dalam tahap akhir konstruksi, dan commissioning parsial dimulai pada kuartal ini.
Pada Desember 2024, PT ESG New Energy Material (PT ESG) berhasil memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP) perdananya. Produksi MHP ini merupakan tonggak penting dalam strategi MBMA memproduksi bahan baterai hilir.
Pada 2025, MBMA menargetkan pengiriman 6,0 hingga 7,0 juta wmt bijih saprolit dan penjualan 12,5 hingga 15,0 juta wmt bijih limonit. Biaya tunai untuk saprolit dan limonit diperkirakan akan tetap di bawah US$23/wmt dan US$11/wmt, dengan antisipasi penurunan biaya lebih lanjut. Produksi NPI diproyeksikan sebesar 80.000 hingga 87.000 ton, dengan perkiraan biaya tunai di bawah US$11.000/t dan biaya all-in sustaining cost (AISC) di bawah US$11.200/t.
Produksi HGNM diproyeksikan berkisar antara 50.000 dan 55.000 ton, dengan perkiraan cash cost dan AISC keduanya di bawah US$13.500/t. Sementara produksi MHP diperkirakan berkisar antara 25.000 dan 30.000 ton, dengan cash cost rata-rata di bawah US$9.000/t setelah kredit kobalt, begitu operasi HPAL mencapai kapasitas desainnya.
Teddy menyatakan bahwa MBMA mengantisipasi cash cost akan semakin menurun seiring dengan peningkatan pengiriman bijih saprolit dari Tambang SCM dan setelah selesainya perbaikan smelter BSI. "Kami berharap memasok sendiri sekitar 60–70% kebutuhan RKEF kami pada tahun fiskal 2025. Perusahaan pun akan memantau profitabilitas fasilitas pemurnian kami terutama pabrik HGNM yang akan diawasi secara ketat. Ketika margin keuntungan yang dapat diterima tidak tercapai, MBMA dapat mempertimbangkan untuk membatasi produksi HGNM jika kondisi pasar saat ini terus berlanjut."
"Seiring dengan peningkatan operasi kami, kami fokus pada keberlanjutan, praktik bisnis yang bertanggung jawab, dan optimalisasi biaya. Investasi kami di HPAL dan Pabrik AIM merupakan pendorong utama pertumbuhan jangka panjang kami, dan kami berkomitmen untuk memberikan nilai bagi para pemangku kepentingan sekaligus berkontribusi terhadap transisi energi global," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement