Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fenomena #KaburAjaDulu, Gen Z Putus Asa? Ini Kata Pakar Keuangan

Fenomena #KaburAjaDulu, Gen Z Putus Asa? Ini Kata Pakar Keuangan Kredit Foto: Astronacci
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tagar #KaburAjaDulu tengah viral di media sosial, mencerminkan kekecewaan generasi muda terhadap situasi ekonomi, hukum, dan masa depan mereka di Indonesia. Namun, menurut pakar keuangan sekaligus pendiri Astronacci Group, Gema Goeyardi, fenomena ini bukanlah solusi, melainkan tanda ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban baik dari pemerintah maupun masyarakat.

"Fenomena ‘kabur aja dulu’ bukan sekadar tren, melainkan bukti nyata adanya ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban dalam kondisi negara dan masyarakat saat ini. Pemerintah dan rakyat harus duduk bersama mencari solusi, bukan saling bermusuhan, karena jika dibiarkan, dampaknya bisa menjadi beban ekonomi," ujar Gema, Sabtu (24/2).

Gema menyoroti berbagai faktor yang membuat anak muda pesimistis terhadap masa depan di Indonesia. Salah satunya adalah ketidakadilan hukum yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Kasus korupsi besar sering kali berakhir dengan impunitas, sementara rakyat kecil dihukum berat. Selain itu, meningkatnya kriminalitas dan ketidakpastian hukum semakin mengikis kepercayaan masyarakat.

Dari sisi ekonomi, sulitnya lapangan kerja dan biaya hidup tinggi menjadi pemicu utama. Banyak anak muda memilih mencari peluang di luar negeri karena merasa sulit bertahan di Indonesia. Sistem pendidikan pun dikritik karena lebih menekankan hafalan dibanding keterampilan praktis.

Baca Juga: Pemerintah Minta Tagar Kabur Aja Dulu Diganti Jadi Ayo Bekerja di Luar Negeri

"Saya sebagai pelaku bisnis sering melihat minimnya kesiapan tenaga kerja. Dari 60.000 pelamar kerja ke Astronacci Group setiap bulan, hanya kurang dari 2% yang memenuhi standar," ungkapnya.

Meski mengkritik pemerintah, Gema juga menyoroti pola pikir Gen Z yang cenderung ingin hasil instan tanpa mau berproses. Banyak dari mereka berekspektasi tinggi terhadap gaji, tetapi minim keterampilan.

"Yang saya dan banyak pebisnis heran, mereka ingin work-life balance, tapi tidak mau meningkatkan kemampuan. Kalau tidak punya skill, mau kabur ke negara mana pun tetap gagal," tegasnya.

Baca Juga: Viral #kaburajadulu, Sultan: Kabur Apalagi Menyerah Bukan DNA Pemuda Indonesia

Gema juga mengkritik kegagalan sistemik yang membuat Indonesia tertinggal dari negara lain. Korupsi yang masih merajalela, regulasi bisnis yang menghambat inovasi, serta kesenjangan ekonomi semakin memperburuk keadaan.

"Investor lebih memilih masuk ke Vietnam dan Kamboja karena regulasi mereka lebih kompetitif. Lihat saja berapa banyak perusahaan asing yang hengkang dari Indonesia dan bikin pabrik di sana," ungkapnya.

Solusi untuk Indonesia

Sebagai pakar keuangan dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, Gema mengajukan beberapa solusi konkret, antara lain:

  • Revolusi sistem pendidikan agar generasi muda lebih siap kerja.
  • Pembersihan total terhadap korupsi di semua sektor tanpa kompromi.
  • Dukungan terhadap industri kreatif dan teknologi sebagai motor ekonomi baru.
  • Revisi regulasi bisnis yang menghambat pertumbuhan anak muda dan wirausaha.

Gema menegaskan bahwa meninggalkan Indonesia tidak akan mengubah keadaan jika mentalitas tetap sama.

"Indonesia masih bisa menjadi lebih baik. Tapi kita harus bekerja sama, baik pemerintah maupun rakyat," katanya.

Sebagai aksi nyata, ia mengajak masyarakat untuk menyebarkan kesadaran ini dan mendorong perubahan positif.

"Kami berharap pemikiran ini bisa disampaikan ke Presiden Prabowo, agar kita bisa membangun negara ini bersama,"pungkasnya optimistis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: