Dihadapkan Ancaman Tarif, Raksasa Mobil Mewah Aston Martin Terpaksa Lakukan PHK

Produsen Mobil Mewah Inggris, Aston Martin baru-baru ini mengumumkan bahwa pihaknya terpaksa akan memangkas 5% tenaga kerjanya di 2025. Hal ini dilakukan dalam rangka menghemat pengeluaran dari bisnis.
Chief Executive Officer (CEO), Adrian Hallmark mengatakan pemangkasan tenaga kerja ini akan menghemat biaya perusahaan hingga £25 juta (US$31,61 juta). Langkah ini juga terpaksa dilakukan perusahaan karena adanya lonjakan kerugian dan utang, serta melesetnya target volume penjualan.
Baca Juga: Alasan BMW Mini Tinjau Ulang Wacana Produksi EV di Inggris
"Meskipun kami mulai membuat kemajuan dalam pengeluaran operasional di 2024, kami perlu melakukan lebih banyak perbaikan untuk mendukung kinerja keuangan di masa depan," kata Hallmark, dilansir dari Reuters, Kamis (27/2).
Aston Martin juga memutuskan untuk menunda peluncuran mobil listrik (BEV) demi memprioritaskan pengembangan dari mobil hybrid plug-in (PHEV) ultra-mewah, Valhalla.
Valhalla akan diproduksi hanya 999 unit dengan harga diperkirakan £850.000 (US$1,1 juta) per unit. Model ini diharapkan berkontribusi signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan akan mulai disebarkan pada paruh kedua 2025.
Aston Martin juga menargetkan penghasilan operasional yang positif pada tahun ini dengan ambisi pertama untuk membukukan arus kas bebas pada semester kedua di 2025.
Aston Martin juga seperti beberapa produsen mobil lainnya, harus menghadapi lemahnya permintaan serta ancaman risiko tarif 25% dari Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Dolar Mulai Stabil, Pasar Bimbang Hadapi Arah Sinyal Perekonomian AS
Sebelumnya, Volkswagen, Stellantis, dan Porsche juga telah mengumumkan pemutusan hubungan kerja massal karena hal serupa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement