Cerita Pendiri Airbnb, dari Tak Bisa Bayar Sewa Kontrakan hingga Punya 5 Juta Jaringan Tuan Rumah

Airbnb adalah fenomena yang mengguncang dunia perhotelan karena disebut telah menggerus pasar. Di tempat asalnya, Airbnb dengan singkat menguasai 20 persen pasar penginapan.
Melihat kesuksesan Airbnb hari ini, siapa sangka bahwa pendirinya adalah orang-orang yang bukan berasal dari bidang berkaitan. Bahkan, bisnis ini dimulai ketika para pendirinya kesulitan untuk membayar tempat tinggal.
Berapa tahun sebelum berdiri Airbnb, dua mahasiswa seni Brian Chesky dan Joe Gebbia bertemu di Rhode Island School of Design (RISD) pada tahun 2004. Keduanya memiliki minat yang sama dalam olahraga dan desain, sehingga akhirnya bekerja sama dalam proyek magang untuk Conair Corporation.
Setelah lulus, Chesky pindah ke Los Angeles untuk bekerja sebagai desainer industri. Sementara itu, Gebbia menetap di San Francisco untuk mencoba peruntungannya dengan produk desain bernama CritBuns. Namun, perpisahan keduanya hanya sementara.
Pada tahun 2007, Chesky merasa jenuh dengan pekerjaannya di Los Angeles dan memutuskan untuk pindah ke San Francisco untuk menemui kembali Gebbia. Mereka tinggal bersama di sebuah apartemen tiga kamar tidur di San Francisco.
Walaupun akhirnya tinggal berdua, Chesky dan Gebbia justru kesulitan untuk membayar apartemen setelah biaya sewanya naik. Di saat yang sama, ada sebuah konferensi desain besar yang diadakan di kota itu. Memanfaatkan situasi, Chesky dan Gebbia akhirnya memiliki ide untuk menyewakan kasur angin kepada peserta konferensi sulit menemukan akomodasi. Inilah awal mula Airbnb.
Chesky dan Gebbia lalu merancang sebuah situs web yang akan mengiklankan layanan mereka, yang diberi nama “Air Bed & Breakfast”. Situs web tersebut menampilkan penjelasan layanan mereka, seperti kasur angin seharga $80 per malam, fasilitas dek atap, "perpustakaan desain", dan "poster motivasi."
Baca Juga: Suksesnya Chandra Djojonegoro Membangun ABC, dari Produsen Baterai Sampai Kecap dan Sirup
Mereka mengirim email ke penyelenggara konferensi untuk mempromosikan situs web tersebut kepada para peserta. Dalam beberapa hari, muncullah tiga tamu, yaitu Kat, seorang desainer dari Boston; Michael, seorang ayah lima anak dari Utah; dan Amol Surve, seorang lulusan program magister desain industri dari Arizona State University yang berasal dari Mumbai.
Tamu-tamu tersebut merupakan desainer profesional dengan anggaran terbatas yang membutuhkan akomodasi murah. Surve, tamu pertama yang memesan, menganggap ide itu aneh tetapi tertarik karena dia sangat ingin menghadiri konferensi tersebut. Surve akhirnya menginap selama lima malam dengan biaya $80 per malam.
Melihat potensialnya bisnis dadakan itu, Chesky dan Gebbia lalu mengajak seorang programer perangkat lunak bernama Nathan Blecharczyk untuk bergabung sebagai rekan pendiri teknis. Setelah itu, mereka mengembangkan platform yang memungkinkan seseorang menyewakan ruang tinggal kepada orang lain.
Web yang lebih profesional pun terwujud dan versi pertama Airbnb diluncurkan pada bulan Agustus 2008. Sejak saat itu, perkembangan Airbnb berjalan dengan sangat cepat.
Pada tahun 2009, Airbnb masuk ke dalam akselerator startup Y Combinator yang membantu semakin berkembang. Airbnb memberikan daya tarik bagi pengguna yang ingin penginapan unik dan pengalaman perjalanan personal.
Dua tahun setelahnya, yaitu pada tahun 2011, Airbnb mencapai 1 juta malam pemesanan dan berekspansi dengan mendirikan kantor di Eropa. Pada tahun 2012, Airbnb memperluas jangkauan iklannya dan mendapatkan lebih banyak mitra atau tuan rumah yang menawarkan kamar.
Pada tahun 2014, Airbnb berganti nama dengan logo baru dan meluncurkan aplikasi seluler untuk memudahkan tamu mengajukan permohonan menginap sekaligus tuan rumah mengelola pemesanan.
Mereka juga meluncurkan program HosTeladan untuk merayakan dan memberi penghargaan kepada tuan rumah dengan peringkat teratas. Pada tahun 2015, Airbnb juga memperkenalkan fitur Pengalaman di mana tuan rumah menawarkan aktivitas dan tur berpemandu.
Pada tahun 2017, Airbnb mengakuisisi Luxury Retreats, sebuah perusahaan persewaan liburan kelas atas, dan memperluas penawarannya hingga mencakup rumah mewah. Platform ini kini memiliki iklan di lebih dari 191 negara dan memiliki popularitas sangat tinggi.
Untuk menambah keamanan pengguna, pada tahun 2019, Airbnb meluncurkan hotline dukungan 24/7 sebagai tanggapan meningkatnya kekhawatiran tentang keselamatan dan kualitas
Masa pandemi pun sempat menghantam Airbnb. Pada tahun 2020, Airbnb beradaptasi dengan pembatasan perjalanan COVID-19 dengan cara mempromosikan penginapan lokal dan persewaan jangka panjang.
Baca Juga: Bakat Sukses Anindya Bakrie, Akuisisi ANTV hingga Beli Oxford United
Setelah berhasil melalui masa pandemi, pada tahun 2021, Airbnb go public dan menjadi salah satu IPO terbesar tahun tersebut. Airbnb pun semakin besar dan para pendirinya semakin kaya.
Pada tahun 2022, Joe Gebbia memegang berbagai peran di Airbnb, termasuk Chief Product Officer. Namun, ia tidak terlibat dalam operasi perusahaan tersebut sejak tahun 2022, sejak bergabung dengan dewan direksi Tesla, meskipun juga tetap berada di dewan direksi Airbnb.
Pada tahun 2023, Airbnb memperkenalkan tools tambahan berbasis AI, yaitu sebuah tools untuk membaca favorit tamu dan inisiatif-inisiatif pada komunitas. Hal ini menjadi komitmen Airbnb untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan memperluas penawarannya. Sebagai lanjutan dai inovasinya, pada tahun 2024, Airbnb meluncurkan “Icons” yang menawarkan pengalaman unik dengan selebriti dan tempat ikonik.
Kini, Airbnb adalah platform penyewaan akomodasi terbesar di dunia yang beroperasi di 191 negara. Pada 2025, Airbnb mencatat lebih dari 5 juta tuan rumah dan 7,7 juta listing aktif di lebih dari 100.000 kota global. Platform ini memiliki 150 juta pengguna yang telah memesan 1,5 miliar penginapan atau setara dengan 6 tamu baru check in setiap detik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement