Krisis Dolar, Bolivia Dikabarkan Akan Gunakan Aset Kripto untuk Impor Energi

Bolivia dikabarkan mempertimbangkan penggunaan aset kripto untuk melakukan transaksi pembelian energi menyusul krisis dolar hingga kelangkaan bahan bakar dalam wilayahnya.
Dilansir dari Reuters, Kamis (13/3) Bolivia saat ini mengalami kemerosotan cadangan devisa akibat penurunan ekspor gas alam selama bertahun-tahun. Hal ini telah menyebabkan krisis bahan bakar yang memicu antrian panjang hingga protes sporadis dalam beberapa wilayah negara tersebut.
Baca Juga: Tak Lepas dari Bitcoin, Alasan Trump Dekati Elite Industri Kripto Global
Perusahaan Energi Bolivia, YPFB dikabarkan bahwa perusahaan tersebut sudah mendapat persetujuan pemerintah untuk menggunakan aset digital dalam transaksi energi guna membantu memenuhi permintaan domestik.
"Mulai sekarang, transaksi (menggunakan kripto) akan dilakukan," ujar Juru Bicara YPFB.
Kebijakan ini juga bertujuan untuk mendukung subsidi bahan bakar nasional, yang semakin terbebani akibat kelangkaan mata uang asing.
Namun, seorang juru bicara pemerintah menambahkan bahwa perusahaan tersebut belum secara resmi menggunakan kripto untuk pembayaran impor energi, tetapi rencana tersebut akan segera direalisasikan.
Baca Juga: Investor Sedikit Lega, Dolar Akhirnya Terselamatkan Data Inflasi Amerika Serikat
Bolivia kini bergantung pada impor energi. Produksi gas domestik negara tersebut terus menurun akibat kurangnya penemuan cadangan gas baru yang signifikan. Padahal, selama beberapa dekade terakhir, negara tersebut dikenal menjadi pengekspor energi bersih berkat cadangan gas alamnya yang besar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement