Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Manuver Tak Biasa, Goldman Sachs Lirik Gerakan Hedge Fund Jelang Rilis Laporan Keuangan Nvidia

Manuver Tak Biasa, Goldman Sachs Lirik Gerakan Hedge Fund Jelang Rilis Laporan Keuangan Nvidia Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Goldman Sachs menyoroti bagaimana sejumlah hedge fund baru-baru ini keluar dari saham teknologi dan media dalam Bursa Amerika Serikat (Wall Street). Tercatat, mereka keluar dalam dua minggu hingga 21 Februari 2025.

Dilansir dari Reuters, Selasa (25/2), Goldman Sachs menyoroti bagaimana langkah ini dilakukan tepat jelang rilis laporan keuangan dari Nvidia. Laporan tersebut dipandang sebagai indikator utama perkembangan industri dari Akal Imitasi (AI).

Baca Juga: Usai Goldman Sachs, Kini Giliran Citigroup Ikuti Arah Iklim Bisnis Trump

Para spekulan secara agresif mulai melepas posisi long alias investasi jangka panjang dan short alias investasi jang pendek dalam perusahaan media, komunikasi dan peralatan AI. Posisi short mengharapkan harga saham turun, sementara posisi long mengharapkan harga saham untuk naik. 

Pergeseran ini juga terjadi menyusul tekanan terhadap bursa akibat laporan ekonomi terbaru yang suram di Amerika Serikat (AS).

Pergeseran ke Asia

Goldman Sachs juga menyoroti aksi hedge fund yang melakukan aksi beli terhadap saham dalam Bursa Asia. Baik dalam pasar maju maupun berkembang, hedge fund menanamkan modal mereka dengan cepat selama lima bulan terakhir.

Pihaknya juga menyoroti bagaimana Bursa Asia  kini menjadi satu-satunya kawasan global di mana mayoritas posisi hedge fund bersifat long daripada short.

"China, Taiwan, dan Hong Kong adalah pasar yang paling banyak dibeli bersih di buku utama kami (year to date)," tulis catatan dari Goldman Sachs.

Baca Juga: Fortune Blast 2025 Jadi Strategi Graha Mitra Asia (RELF) Dorong Bisnis Properti Berkelanjutan

Sekitar 8% dari portofolio hedge fund terdiri dari saham perusahaan di Bursa Utama Asia. Alokasi bersih ke pasar negara berkembang Asia mencapai 13,3%, salah satu level tertinggi dalam setahun terakhir.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: