Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahan Efek Tarif Trump, Harga Emas Bertahan dalam Kisaran US$3.000

Tahan Efek Tarif Trump, Harga Emas Bertahan dalam Kisaran US$3.000 Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Logam mulia kompak anjlok menyusul harga emas yang melemah tajam dalam perdagangan di Jumat (5/4). Investor panik menyusul memanasnya perang dagang dari China dan Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Senin (7/4), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah komoditas logam mulia utama global. Semua komoditas terkait kompak anjlok secara signifikan:

  • Emas spot: Turun 2,9% menjadi US$3.024,20 per ounce.
  • Emas berjangka AS: Melemah 2,8% ke US$3.035,40 per ounce.
  • Perak: Anjlok 7,3% ke US$29,54 per ounce.
  • Platinum: Turun 3,6% ke US$918,35 per ounce.
  • Paladium melemah 2% ke US$909,75 per ounce.

Analis Logam Mulia Standard Chartered, Suki Cooper mengatakan bahwa harga emas anjlok menyusul investor yang berlomba melepaskan logam mulia tersebut untuk menutup kerugian dalam pasar keuangan lainnya.

“Kami melihat emas digunakan sebagai aset likuid untuk memenuhi margin call di sektor lain yang sedang jatuh. Ini pola yang lazim terjadi setelah gejolak pasar,” ujar Suki Cooper.

Pelemahan harga emas juga terjadi setelah memanasnya ketegangan dagang dari China-AS. China mengumumkan tarif tambahan sebesar 34% terhadap semua barang asal dari AS. Hal tersebut sebagai respons terhadap tarif besar-besaran yang diberlakukan oleh Negeri Paman Sam.

Penguatan dolar juga menambah tekanan terhadap harga emas. Dolar yang lebih kuat membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar negeri.

Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan kekhawatiran atas dampak tarif Trump yang “lebih besar dari perkiraan” terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Pernyataan ini memicu spekulasi pasar bahwa bank sentral mungkin akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga untuk meredam perlambatan ekonomi.

Meskipun mengalami penurunan dalam jangka pendek, emas masih mencatat kenaikan sekitar 15,3% sejak awal tahun, didorong oleh pembelian masif oleh bank-bank sentral dan ketidakpastian geopolitik global.

Baca Juga: Minta Trump Sadari Efek Tarif, China: Market Global Tak Bohong

“Volatilitas ini tidak mengubah narasi jangka panjang emas sebagai aset lindung nilai,” tambah Cooper.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: