Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bergerak volatil pada pembukaan perdagangan Selasa, 8 April 2025, setelah libur panjang Nyepi dan Idulfitri. Ketidakpastian global disebut menjadi pemicu utama fluktuasi tersebut.
Ekonom sekaligus Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa kebijakan resiprokal tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah mengguncang bursa global dan berdampak signifikan terhadap pergerakan IHSG.
“Kalau kita tahu bahwasannya kebijakan resiprokal tarif yang diterapkan oleh Donald Trump ini menyebabkan bursa global mengalami volatilitas yang begitu kencang. Dan tentunya ini akan berimplikasi daripada kinerja pergerakan IHSG,” ujar Nafan kepada Warta Ekonomi, Senin (7/4/2025).
Baca Juga: BEI Imbau Investor Tak Panik Hadapi Kebijakan Tarif AS
Ia menegaskan, penting untuk mencermati pergerakan indeks global pada Senin, 7 April 2025 sebelum menentukan arah pasar domestik.
Menurutnya, apabila sentimen negatif global masih relatif kuat, volatilitas IHSG akan semakin tinggi. Seluruh sektor di pasar modal pun diperkirakan tidak akan luput dari tekanan. “IDX sektor diproyeksikan semuanya akan mengalami volatil,” katanya.
Sehingga, Nafan menyebut bahwa trading halt berpotensi terjadi mengingat IHSG sudah tidak beroperasi sejak 28 Maret 2025. Hal ini membuat pembukaan pasar pada 8 April berpotensi mengalami gap akibat penyesuaian harga pasar terhadap kondisi terkini.
“Wajar saja ya santer dikaitkan dengan adanya potensi trading halt. Wajar, karena kita sudah menghadapi hari libur semenjak 28 Maret yang lalu ya. Jadi wajar saja nanti pada pembukaan IHSG akan ada potensi gap,” ucapnya.
Meski demikian, ia menyarankan investor tetap fokus pada fundamental emiten, terutama emiten yang menjalankan good corporate governance. Emiten-emiten seperti ini dinilai akan tetap berkelanjutan dalam menghadapi tantangan dan ketidakpastian pasar.
“Disarankan pada para pelaku investor untuk selalu mencermati kinerja fundamental emiten. Apalagi emiten yang menerapkan good corporate governance, saya pikir ini tentunya akan menjadi sustainable dalam menghadapi berbagai tantangan maupun juga uncertainties yang terjadi,” ujarnya.
Baca Juga: Libur Usai! Besok BEI Buka Kembali Perdagangan
Untuk investor pemula, Nafan menilai saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan akumulasi beli, mengingat secara teknikal IHSG sudah memasuki fase akumulasi dan berada di bawah nilai wajarnya.
“Untuk investor baru saatnya melakukan aksi akumulasi beli, ya kan. Jadi kalau secara teknikal, berpotensi untuk fase akumulasi, sedangkan kalau secara fundamental pergerakan IHSG sudah di bawah value. Jadi memang otomatis IHSG ini sudah benar-benar undervalued,” tuturnya.
Sementara itu, bagi investor profesional, ia menyarankan untuk menerapkan manajemen keuangan dan manajemen risiko yang efektif, mengingat rata-rata saham saat ini telah mengalami diskon harga yang cukup signifikan.
“Sedangkan kalau untuk investor profesional, memang sudah berinvestasi di harga-harga pada posisi sebelumnya, ya. Memang disarankan untuk menerapkan prinsip money management maupun risk management dengan efektif. Jadi memang rata-rata, semuanya mengalami ter-discount. Ini menjadi blessing in disguise,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement