Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tarif Trump Bisa Jadi Senjata Makan Tuan? Sri Mulyani Sebut Dunia Cari Alternatif Dagang Baru

Tarif Trump Bisa Jadi Senjata Makan Tuan? Sri Mulyani Sebut Dunia Cari Alternatif Dagang Baru Kredit Foto: Youtube BI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump telah mendorong dunia untuk mencari alternatif selain Negeri Paman Sam dalam perdagangan global. Menurutnya, kebijakan ini berpotensi membuat Amerika terpinggirkan dalam rantai pasok global.

Ia menekankan bahwa kenaikan tarif di AS memicu reaksi berupa trade diversion atau pengalihan arus perdagangan internasional ke negara-negara lain.

“Dengan adanya kenaikan tarif di AS memunculkan sebuah pemikiran atau hal yang akan menjadi reaksinya yaitu terjadinya diversion dari perdagangan,” kata Sri Mulyani, dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4/2025). 

Baca Juga: Akhirnya Komentari Tarif AS, Sri Mulyani Ungkap Ilmu Ekonomi Tak Berdaya Hadapi Trump!

Fenomena trade diversion, lanjutnya, kini menjadi topik diskusi utama di tingkat global. Banyak negara mulai mempertimbangkan ekspor dan investasi ke negara lain sebagai alternatif untuk menghindari eksposur langsung terhadap kebijakan proteksionisme AS.

Trade diversion ini yang sekarang sedang dibahas di dunia. Negara mana yang bisa menjadi tujuan ekspor alternatif atau negara mana yang bisa menjadi tempat investasi alternatif, untuk kemudian munculnya trade without Amerika atau Amerika menjadi dialienate,” tegasnya.

Baca Juga: Prabowo Kumpulkan Tim Ekonomi hingga Dirut Himbara, Sri Mulyani Ungkap Isi Rapat di Istana

Sri Mulyani menjelaskan bahwa meskipun AS dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) merupakan dua pemain besar dalam perdagangan internasional, kontribusi keduanya sekitar seperempat dari total perdagangan global.

“Karena memang Amerika di dalam perdagangan dunia plus RRT itu hanya menjelaskan sekitar 25% dari global trade. Jadi 75% sebetulnya bisa berdagang di luar dua negara besar itu,” ujarnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa efek limpahan (spillover) dari kebijakan dua negara besar tersebut tetap signifikan dan tidak bisa diabaikan begitu saja.

“Namun pengaruh dari spillover dua negara tidak bisa juga dianggap enteng,” tutup Sri Mulyani.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: