- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Saham Perbankan Lesu Sebulan Terakhir, OJK Tegaskan Fundamental Tetap Sehat

Ketidakpastian ekonomi global dan domestik terus menekan pasar saham Indonesia. Sejak awal tahun, tren penurunan harga saham perbankan menjadi sorotan utama.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Rabu (3/4/2025), sejumlah saham bank besar menunjukkan penurunan tajam dalam sebulan terakhir. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat turun 1.000 poin atau setara 11,20%.
Saham-saham bank pelat merah juga melemah dalam periode yang sama. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) turun 130 poin atau 3,46%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) melemah 410 poin atau 9,21%, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) turun 30 poin atau 3,51%. Sementara itu, harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) stagnan.
Baca Juga: Saham Bank Jumbo Tetap Cuan Meski IHSG Melemah, Cuma BBRI yang Ambruk
Meski mengalami penurunan harga, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa kondisi fundamental sektor perbankan Indonesia tetap sehat. Ia memastikan tidak ada masalah struktural dalam perbankan saat ini.
“Fundamentals perbankan ini justru tetap sangat baik, tidak ada masalah fundamentalnya,” ujar Dian usai menghadiri Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Menurutnya, penurunan harga saham perbankan lebih disebabkan oleh faktor persepsi negatif yang berkembang di tingkat global maupun domestik. Persepsi tersebut muncul akibat sejumlah faktor eksternal dan komunikasi kebijakan yang belum optimal.
“Nah yang jadi persoalan adalah, yang jadi persoalan justru adalah ini, masalah yang dalam konteks persepsi global dan domestik saat ini,” imbuh Dian.
Baca Juga: Pasar Global Makin Memanas, Analis Sarankan Investor Cermati 4 Saham Ini
Ia juga menyinggung kekhawatiran pasar atas kebijakan tarif impor yang digulirkan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang dinilai menambah tekanan terhadap pasar modal Indonesia.
Meski demikian, Dian menegaskan seluruh pihak terkait akan bekerja sama dalam merumuskan kebijakan yang dapat menstabilkan pasar dan memperkuat fondasi perekonomian nasional.
Ia juga menyoroti pentingnya mengatasi ketidakseimbangan informasi (asymmetric information) di pasar. Menurutnya, semakin transparan pasar modal, maka semakin besar pula kepercayaan investor.
“Asimetrik informasi. Pasar modal kan begitu, semakin asimetrik informasi diatasi, maka confidence masyarakat akan semakin kuat, pasar modal akan kuat,” ujar Dian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement