Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom: Tarif Resiprokal AS Bisa Tekan Ekspor RI, Perbankan Harus Waspadai Risiko Kredit

Ekonom: Tarif Resiprokal AS Bisa Tekan Ekspor RI, Perbankan Harus Waspadai Risiko Kredit Kredit Foto: White House
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengenaan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap produk-produk asal Indonesia berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap sektor ekspor tanah air.

Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede mengungkapkan bahwa meskipun kontribusi ekspor Indonesia ke AS terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) relatif kecil, yaitu hanya sekitar 1,9%, dampak dari kebijakan ini tetap terasa, terutama bagi sektor-sektor padat karya.

Baca Juga: Hadapi Tarif AS, Wamendag Dorong Penguatan Sistem Logistik

"Tetap ada (tekanan) terutama bagi sektor-sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, furnitur, dan produk perikanan, yang banyak menggantungkan ekspor ke pasar Amerika," ungkap Josua Pardede pada Warta Ekonomi, Sabtu (26/04/2025).

Selain itu, ketidakpastian global akibat kebijakan tarif ini juga berdampak pada pelemahan harga komoditas dan melambatnya permintaan global, yang berpotensi memperburuk neraca perdagangan dan memperlemah kualitas debitur di sektor terkait.

Lebih lanjut,dampak dari kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS ini dapat memperburuk kualitas debitur di sektor-sektor terkait. Sebagai akibatnya, potensi peningkatan risiko kredit di perbankan, terutama pada kredit modal kerja dan investasi di sektor berbasis ekspor, semakin besar. Meski demikian, ia menambahkan, kualitas aset perbankan saat ini masih terjaga dengan angka Non-Performing Loan (NPL) gross di level 2,22%.

Namun, Josua memperingatkan bahwa risiko “second-round effect” dari pelemahan permintaan global berpotensi meningkatkan tekanan terhadap sektor keuangan Indonesia, terutama jika resesi global yang diprediksi terjadi, dengan probabilitas resesi AS mencapai 60%, benar-benar terwujud.

"Bank perlu mengambil langkah strategis untuk memitigasi potensi peningkatan risiko ini," lanjutnya. "Beberapa langkah yang perlu diambil antara lain memperketat penyaluran pembiayaan pada sektor-sektor yang sangat bergantung pada ekspor, seperti manufaktur padat karya dan komoditas. Selain itu, perbankan juga perlu melakukan stress test pada portofolio kredit untuk menilai ketahanan terhadap skenario pelemahan global yang lebih dalam."

Langkah-langkah mitigasi lain yang disarankan oleh Pardede termasuk memperkuat ekspansi pembiayaan ke sektor domestik yang lebih tahan banting, seperti sektor konsumsi, kesehatan, digital ekonomi, dan infrastruktur. Ia juga menekankan pentingnya memperkuat cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) untuk menjaga ketahanan permodalan serta proaktif dalam menggunakan asuransi kredit ekspor untuk mengurangi risiko gagal bayar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: