Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Tengah Gonjang Ganjing Tarif Trump, OJK : Ekonomi RI Masih Solid

Di Tengah Gonjang Ganjing Tarif Trump, OJK : Ekonomi RI Masih Solid Kredit Foto: BEI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga di tengah tantangan perekonomian global.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyatakan bahwa kinerja perekonomian Indonesia masih solid. Hal ini tercermin dari tinjauan lembaga pemeringkat internasional seperti Buddhist Investor Service yang mempertahankan peringkat kredit Indonesia di level Baa2 dengan outlook stabil. Selain itu, Fitch juga memberikan rating BBB dengan outlook stabil untuk Indonesia.

“Hal itu merepresentasikan keyakinan global terhadap fundamental ekonomi Indonesia dan kebijakan yang diambil mampu menjaga ketahanan sektor keuangan di tengah kondisi ketidakpastian global,” kata Mahendra dalam Rapat Dewan Komisioner Bulan Maret 2025 di Jakarta, Jumat (11/4/2025).

Baca Juga: Saham Perbankan Lesu Sebulan Terakhir, OJK Tegaskan Fundamental Tetap Sehat

Menurut Mahendra, rating Indonesia dan posisi indikator kerentanan eksternal yang biasa digunakan untuk menilai daya tahan perekonomian dan pasar keuangan suatu negara menunjukkan kondisi yang relatif baik bagi Indonesia dibandingkan peer countries.

Sementara itu, kondisi perekonomian global cenderung divergent seiring rilis data perekonomian Amerika Serikat yang berada di bawah ekspektasi, sementara di Eropa dan Tiongkok justru di atas ekspektasi sebelumnya.

“Volatilitas pasar tetap tinggi seiring ketidakpastian kebijakan ekonomi serta risiko geopolitik yang semakin cenderung meningkat,” imbuhnya.

Baca Juga: Dukung Langkah BEI, OJK Pede Aturan Baru Trading Halt dan ARB Bikin Pasar Lebih Stabil

Mahendra menyampaikan, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 direvisi ke bawah, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 3,1% dan 3% pada tahun 2026.

“Utamanya akibat peningkatan hambatan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan,” imbuhnya.

Selain itu, OECD juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% pada tahun 2025.

“Namun penurunan itu masih sejalan dengan perbandingan peer countries ataupun negara-negara berkembang di kawasan dan di luar kawasan kita,” pungkasnya.

Pada Maret 2025, Mahendra mengatakan kembali terjadi inflasi indeks harga konsumen yang terjaga baik sebesar 1,03%. Inflasi inti pada Februari cukup terkendali, yaitu 2,48%, yang menunjukkan permintaan domestik cukup baik.

“Namun perlu dicermati beberapa indikator permintaan yang termoderasi,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: