ETF Bitcoin Kehilangan Aliran Investasi Jumbo, Dana Investor Ternyata Masuk Sini

Institusi keuangan global belum begitu tertarik untuk berinvestasi dalam aset kripto. Narasi 'jual obligasi, beli bitcoin' bahkan tak digubris oleh mereka meski pasar keuangan tengah dilanda gejolak akibat ketidakpastian, tarif, dan perang ekonomi dari China-Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Coindesk, Rabu (16/4), 11 Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin setidaknya tercatat mengalami arus keluar bulanan kumulatif kedua tertinggi sepanjang sejarah dalam Bursa AS (Wall Street). Angka dana yang keluar bukan main, bahkan totalnya lebih dari US$800 juta di Maret 2025.
Baca Juga: Tembus Sideways, Harga Bitcoin Bisa Mencapai US$95.000
Sementara obligasi pemerintah justru diminati. Treasury Bills (T-bills) AS bertenor tiga bulan menunjukkan permintaan tinggi dari kalangan institusi dengan penjualan tercatat hingga US$80 miliar dengan suku bunga 4,225%. Sementara T-bills enam bulan tercatat membukukan penjualan hingga US$68 miliar dengan suku bunga sedikit lebih tinggi di 4,06%.
Adapun Bid-to-cover ratio untuk T-bills tiga bulan meningkat dari 2,82 menjadi 2,96. Sementara untuk T-bills enam bulan, rasio naik tipis dari 2,79 menjadi 2,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap surat utang yang ditawarkan menerima hampir 3 kali lipat jumlah penawaran.
Peningkatan permintaan ini menunjukkan bahwa lembaga keuangan masih menganggap obligasi sebagai aset lindung nilai di AS. T-bills dinilai sangat likuid dan berisiko rendah, serta banyak digunakan sebagai jaminan dalam transaksi repo (repurchase agreement)—di mana surat utang dijual dengan perjanjian untuk membelinya kembali, guna mendapatkan pendanaan jangka pendek.
Baca Juga: Biasa Urus Bitcoin, Exchange Kripto Ini Sediakan Layanan Beli Saham Bebas Komisi di AS
Institusi keuangan biasanya menyimpan dana di T-bills ketika prospek ekonomi tidak menentu, karena memberikan fleksibilitas investasi tanpa komitmen jangka panjang. Hal ini sejalan dengan ancaman resesi hingga perang dagang skala penuh yang digencarkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement