- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Pasar Kripto Beri Sinyal Pemulihan, Meski Awan Ketidakpastian Belum Hilang

Harga Bitcoin (BTC) kembali menguat ke kisaran $85.000 pada awal pekan ini, di tengah tarik ulur kebijakan tarif impor dari pemerintahan Trump dan rilis data inflasi AS yang lebih jinak dari ekspektasi.
Pada Jumat (12/4), pemerintahan Trump menyatakan bahwa produk elektronik asal China, seperti smartphone dan laptop, tidak akan langsung dikenakan tarif 145%. Pernyataan ini memberi sentimen positif bagi perusahaan teknologi seperti Apple dan mendorong aset berisiko termasuk kripto. Namun sehari kemudian, Trump menyatakan bahwa tarif tetap akan berlaku, namun dengan besaran yang “spesial” dan bersifat sementara.
“Pemulihan ini bukan hanya respons terhadap kebijakan tarif, tapi juga cermin dari daya tahan pasar kripto yang mulai terbentuk di tengah ketidakpastian global,” kata Financial Expert Ajaib, Panji Yudha.
Baca Juga: Tembus Sideways, Harga Bitcoin Bisa Mencapai US$95.000
Dari sisi makroekonomi, inflasi AS menunjukkan pelambatan signifikan. Indeks Harga Konsumen (IHK/CPI) hanya naik 2,4% YoY pada Maret, jauh di bawah ekspektasi 2,8%, sementara Indeks Harga Produsen (PPI) turun 0,4%—terbesar sejak Oktober 2023. Meski demikian, risiko inflasi tetap membayangi, terutama jika tarif baru Trump meningkatkan biaya impor.
“Data CPI dan PPI jelas menjadi katalis positif bagi pemulihan BTC. Tapi ini bisa saja hanya jeda sesaat. The Fed masih hawkish, dan ketidakpastian dari sisi fiskal belum sepenuhnya mereda,” ujar Panji.
The Fed sendiri masih mempertimbangkan arah suku bunga, dengan risalah pertemuan terakhir mencerminkan kehati-hatian terhadap potensi inflasi lanjutan.
Mayoritas pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 18 Juni, dari 4,25–4,50% menjadi 4,00–4,25%. Ini menjadi sinyal awal potensi pelonggaran di tengah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi.
Baca Juga: Harga Bitcoin Meroket Lagi, Sukses Tembus US$85.200!
Meski Bitcoin menguat, ETF spot BTC di AS mencatatkan arus keluar sebesar $172,69 juta sepanjang 7–11 April. Sebaliknya, Ethereum mendapat sentimen positif setelah SEC menyetujui perdagangan options untuk ETH, memberi alternatif lindung nilai bagi investor institusional.
Per Selasa pagi (15/4), BTC diperdagangkan di $84.932 (Rp1,43 miliar), menembus garis rata-rata MA-20 dan MA-50. Jika level resistance $85.000 berhasil dilampaui, BTC berpotensi melanjutkan kenaikan ke MA-100 dan resistance berikutnya di $91.000.
Pasar kripto bersiap menghadapi sejumlah data ekonomi penting AS minggu ini yang dapat memengaruhi sentimen:
-
Consumer Inflation Expectations (Senin): Lonjakan ekspektasi inflasi dapat memicu spekulasi kebijakan moneter yang lebih ketat.
-
US Retail Sales (Rabu): Indikator kekuatan konsumsi domestik.
-
Industrial Production (Rabu): Mengukur aktivitas sektor manufaktur dan utilitas.
-
Initial Jobless Claims (Kamis): Mencerminkan kondisi pasar tenaga kerja secara mingguan.
“Pasar sedang berada dalam fase penuh ketidakpastian. Investor yang siap dengan strategi defensif namun fleksibel akan lebih mampu memanfaatkan peluang tanpa terjebak volatilitas jangka pendek,” tutup Panji.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement