- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Tarif Trump Guncang Pasar Modal, Bos BI dan Sri Mulyani Terbang ke AS Buat Lobi Investor

Kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengguncang pasar saham global, termasuk Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung anjlok sejak pembukaan perdagangan Selasa, 8 April 2025.
Pada pukul 09.00 WIB, IHSG tercatat merosot 596,33 poin atau 9,16 persen ke level 5.914,28.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menilai kebijakan tarif tersebut telah meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global dan memicu perubahan preferensi risiko di kalangan investor.
“Kebijakan tarif ini menyebabkan para pelaku investor global itu risk appetite-nya sangat tinggi dan karenanya para pelaku investor global memindahkan investasi portofolionya ke negara dan aset yang dianggap aman, safe haven asset and countries,” kata Perry, Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Baca Juga: Bos BI Beberkan 3 Faktor Ekonomi RI Solid di Tengah Gonjang Ganjing Tarif Trump
Arus keluar modal asing pun meningkat dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Padahal, hingga akhir Maret 2025, Indonesia mencatat aliran masuk modal asing sebesar US$1,6 miliar.
Untuk menjaga kepercayaan pasar, Perry Warjiyo bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati segera bertolak ke Amerika Serikat. Mereka melakukan pertemuan dengan para investor di New York dan Washington D.C.
Baca Juga: BI Prediksi The Fed akan Turuti Trump untuk Turunkan Suku Bunga
“Tentu saja langkah-langkah yang kami lakukan bersama Bu Menteri Keuangan, Bu Menteri Keuangan juga di New York, Bu Menteri ya, boleh saya share ketemu para investor dan saya juga di Washington D.C. juga bertemu para investor untuk memberikan penjelasan-penjelasan ini,” ujar Perry.
Perry menyampaikan bahwa investor global tetap optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia. Namun, tekanan tetap muncul akibat tingginya risk appetite yang membuat investor lebih memilih aset-aset aman, sehingga turut melemahkan nilai tukar rupiah dan mata uang negara berkembang lainnya.
“Secara umum para investor global tetap optimis terhadap ekonomi Indonesia. Tentu saja karena sekarang risk appetite-nya sangat tinggi, mereka masih lebih suka ke safe haven asset and countries. Dampaknya terhadap nilai tukar rupiah dan juga mata uang lain kembali lagi kepada tingginya risk appetite tadi dan keluarnya aliran portofolio asing,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement