- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Ternyata Belum Ada Negosiasi, Bursa Asia Kembali Dilanda Kekhawatiran Perang Dagang China-AS
Kredit Foto: Reuters
Bursa Asia kembali bergejolak, pasar saham hampir kompak melemah dalam perdagangan di Kamis (24/4). Pasar kembali diliputi kekhawatiran soal perang dagang menyusul ketidakpastian negosiasi dari China-Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters, Jumat (25/4), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Semua indeks utama dengan diwarnai oleh kekhawatiran soal perang dagang dalam sesi kali ini:
- Hang Seng (Hong Kong): Turun 0,74% ke 21.909,76.
- CSI 300 (China): Turun 0,07% ke 3.784,36.
- Shanghai Composite (China): Naik 0,03% ke 3.297,29.
- Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,49% ke 35.039,15.
- Topix (Jepang): Naik 0,32% ke 2.592,56.
- Kospi (Korea Selatan): Turun 0,13% ke 2.522,33.
- Kosdaq (Korea Selatan): Stabil dalam kisaran dari 726,08.
Pemerintah China baru-baru ini menegaskan bahwa tidak ada diskusi atau negosiasi soal kebijakan tarif dengan AS. Hal ini bertentangan dengan apa yang diucapan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Trump sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya telah berdiskusi dengan Beijing. Hal ini kembali ditegaskannya setelah mendengarkan bantahan dari China.
“Mereka mengadakan pertemuan pagi ini,” kata Trump kepada wartawan.
Meski demikian, ia tak memberikan detil siapa tau tim mana yang telah melakukan diskusi soal kebijakan tarif dengan pihak dari China.
“Itu tidak penting siapa 'mereka'. Mungkin akan kami ungkap nanti, tapi kami sudah melakukan pertemuan dengan China," tegasnya.
Pernyataan yang saling bertolak belakang ini mempertegas keretakan komunikasi antara Washington dan Beijing. Hal ini memperbesar ketidakpastian global dan memicu volatilitas pasar. Ketegangan ini juga memperpanjang dampak ekonomi negatif yang dirasakan kedua negara.
Adapun Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent mengatakan bahwa pihaknya telah mengadakan diskusi soal tarif yang berjalan dengan sukses bersama Korea Selatan.
Namun, Bessent tidak memberikan rincian lebih lanjut soal pertemuan yang diperkirakan membahas kerja sama dalam bidang pembuatan kapal, energi, dan kemungkinan pembagian biaya pertahanan dari Korea Selatan.
Sementara Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa ketidakpastian yang dipicu oleh kebijakan tarif akan meningkatkan risiko perlambatan ekonomi dan inflasi global.
Baca Juga: Trump Bohong, China Ternyata Belum Lakukan Negosiasi Soal Tarif AS
Bank Sentral Jepang (BoJ) salah satunya menjadi sorotan, ia kemungkinan akan menunda rencana kenaikan suku bunga lebih lanjut, demi menghindari tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi yang sudah rapuh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement