Dolar Kembali Anjlok, Investor Curiga Trump Bohong Soal Negosiasi dengan China
Kredit Foto: Unsplash/Viascheslav Bublyk
Dolar Amerika Serikat (Dolar AS) kembali mengalami pelemahan dalam perdagangan di Kamis (24/4). Investor kecewa dengan kurangnya kemajuan dalam penyelesaian konflik perdagangan dari China-AS.
Dilansir dari Reuters, Jumat (25/4), Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya turun 0,47% ke 99,309.
Baca Juga: Beijing Kumpulkan Puluhan Pengusaha Asing, China Siap All-out Lawan Trump?
China membantah kabar yang diungkapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Ia menyatakan bahwa pihaknya tak pernah melakukan negosiasi soal tarif dengan AS. Beijing juga kembali menuntut agar seluruh tarif sepihak dicabut jika benar-benar ada komitmen untuk menyelesaikan perang dagang dari AS.
Namun Trump tetap bersikeras bahwa pembicaraan sedang berlangsung, meskipun menolak memberikan rincian siapa yang terlibat dalam pertemuan itu.
“Mereka baru saja mengadakan pertemuan. Siapa 'mereka' tidak penting. Mungkin akan kami ungkap nanti," kata Trump.
Baca Juga: Trump Bohong, China Ternyata Belum Lakukan Negosiasi Soal Tarif AS
Ketidaksesuaian narasi dari kedua negara membuat pasar kembali tidak mendapat kejelasan, memperparah ketidakpastian global.
“Tampaknya ada jurang selebar samudra antara cara pandang kedua negara terhadap perdagangan. Selama jurang itu tetap ada, penguatan dolar kemungkinan hanya bersifat sementara,” ujar Kepala Riset Pasar StoneX, Matt Weller.
Investor juga baru-baru ini gelisah soal manuver kontroversial lainnya dari Trump. Ia diketahui melancarkan serangkaian kritik verbal terhadap Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.
Baca Juga: Apa Untungnya Indonesia Nego Tarif dengan AS? Ini Kata Airlangga
Baca Juga: Beijing Kumpulkan Puluhan Pengusaha Asing, China Siap All-out Lawan Trump?
Menurut Trump, Powell terlalu enggan memangkas suku bunga sebelum ada justifikasi dari data ekonomi dari AS. Kondisi ini telah menyebabkan dolar berada dalam jalur menuju awal tahun terburuk sejak 1970-an.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement