Harga Emas Kembali Meroket, Investor Soroti Kembali Memanasnya Konflik Dagang China-AS

Pasar logam mulia tengah melakukan konsolidasi menyusul harga emas dunia yang mengalami kenaikan signifikan dalam perdagangan di Kamis (24/4). Investor menyerbu emas yang sebelumnya turun akibat sentimen terkait perang dagang dari China-Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters, Jumat (25/4), berikut ini adalah catatan pergerakan harga sejumlah komoditas utama dari logam mulia global. Harga emas kembali naik signifikan dalam sesi kali ini:
- Emas spot: Naik 1,4% ke US$3.333,90 per ons.
- Emas berjangka AS: Menguat 1,7% ke US$3.348,60 per ons.
- Perak spot: Turun tipis 0,1% ke US$33,51 per ons.
- Platinum: Melemah 0,1% menjadi US$971,60 per ons.
- Palladium: Naik 0,4% ke US$947,93 per ons.
Kenaikan harga emas terjadi menyusul kembali naiknya ketidakpastian global akibat tuntutan terbaru dari China ke AS. Negeri Tirai Bambu membantah telah melakukan negosiasi tarif seperti yang diucapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Beijing justru kini menyerukan penghapusan seluruh tarif sepihak dari AS. China ingin melihat keseriusan komitmen de-eskalasi dari Washington.
“Seluruh pasar saat ini hanya membicarakan soal tarif. China memainkan peran sebagai pihak yang merasa dirugikan, dan itu menekan dolar serta mengangkat emas,” ujar Trader Logam Independen, Tai Wong.
Kondisi dolar yang melemah karena investor bingung menghadapi pernyataan yang berubah-ubah soal perang tarif juga turut menjadi pendorong minat terhadap aset safe haven seperti emas.
“Kenaikan emas hingga US$3.500 sebelumnya memang agak berlebihan, jadi perlu koreksi untuk konsolidasi,” jelas Wong.
Di sisi lain, data ekonomi menunjukkan jumlah klaim pengangguran mingguan naik tipis di AS. Hal tersebut mengindikasikan pasar tenaga kerja masih tangguh, meski ada tekanan dari ketegangan dagang dan tarif impor.
Baca Juga: Bersiaplah Investor Bitcoin, Rusia Akan Luncurkan Bursa Kripto Eksklusif
“Saat ini kemungkinan besar emas akan bergerak mendatar dalam beberapa sesi, tapi kita masih berada di pasar bullish, jadi penurunan tajam kemungkinan besar akan dibeli kembali," ungkap Wong.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement