Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Revitalisasi Pabrik Monasit, Timah Percepat Produksi Rare Earth Carbonate

Revitalisasi Pabrik Monasit, Timah Percepat Produksi Rare Earth Carbonate Kredit Foto: Timah
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Timah Tbk (TIMAH) bersama MIND ID terus mempercepat hilirisasi mineral strategis nasional dengan mengembangkan logam tanah jarang (rare earth element/REE) di Tanjung Ular, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Langkah ini menjadi bagian penting dalam mendukung industrialisasi dan transisi energi nasional.

Pengembangan dilakukan melalui revitalisasi pilot plant pengolahan monasit—mineral ikutan dari penambangan timah—yang telah dibangun sejak 2010. Kini, fasilitas tersebut dioptimalkan sebagai bagian dari strategi industrialisasi REE dalam negeri.

Rare earth element ini terdiri dari 15 unsur, dengan unsur dominan antara lain cerium, lantanum, neodymium, dan praseodimium. Dengan pengembangan rare earth ini, kami yakin Indonesia mampu menjadi basis bagi pengembangan ekosistem industri strategis masa depan,” ujar Wakil Direktur Utama MIND ID, Dany Amrul Ichdan, saat meninjau langsung pilot plant di Tanjung Ular, Rabu (23/4/2025).

Baca Juga: Pendapatan Melesat, Timah Balikan Rugi Jadi Untung Rp1,19 Triliun

Direktur Pengembangan Usaha TIMAH, Dicky Octa Zahriadi, menegaskan bahwa fokus utama pada 2024 adalah pencarian mitra teknologi untuk mempercepat proses hilirisasi. “Untuk mendukung pengembangan teknologi pengolahan monasit, TIMAH bekerja sama dengan berbagai lembaga mitra teknologi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” jelasnya.

Dicky juga menyoroti potensi thorium yang terkandung dalam logam tanah jarang sebagai sumber energi alternatif. “Rare earth mengandung thorium yang dapat dioptimalkan menjadi sumber energi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Dengan terus berupaya memanfaatkan potensi thorium dalam negeri, kita dapat berkontribusi dalam meningkatkan nilai tambah dari pengolahan LTJ untuk mendorong kemandirian energi,” ujarnya.

Baca Juga: Balikkan Kerugian, Timah (TINS) Cetak Lonjakan Laba Bersih 364% di 2024

Meski telah dibangun sejak lebih dari satu dekade lalu, pengembangan pilot plant sempat menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan teknologi yang teruji serta minimnya mitra strategis. Namun, TIMAH menegaskan komitmennya untuk terus menjalankan pilot plant sebagai tahapan awal validasi teknologi.

Ke depan, TIMAH menargetkan pembangunan pabrik pengolahan LTJ skala komersial dan memperluas kerja sama strategis guna memperkuat penguasaan teknologi nasional. “Dengan adanya pengembangan REE di dalam negeri, TIMAH berupaya untuk memperluas rantai pasok industri berbasis sumber daya alam mineral nasional,” tutup Dicky.

Proyek REE di Tanjung Ular menjadi tonggak penting dalam pengembangan teknologi hijau dan transisi energi Indonesia menuju masa depan yang berkelanjutan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: