Mendag Minta Asosiasi Franchise Indonesia Jajaki Business Matching Mulai Mei 2025

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan opening remarks pada pembukaan “The 23rd Internasional Franchise, License and Business Concept Expo and Conference (IFRA) dan Internasional Culinary Expo (ICE) 2025” di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Jumat (25/4/2025).
Mendag Busan, pada kesempatan tersebut, mengajak pelaku usaha waralaba untuk mengikuti business matching yang digelar Kementerian Perdagangan (Kemendag), dirinya meminta Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) menjajaki program tersebut mulai Mei 2025.
Baca Juga: Pertamina Kembali Dukung Scooter Prix 2025, Komitmen Majukan Ekosistem Otomotif Nasional
Menurutnya, business matching dapat memfasilitasi pelaku usaha waralaba untuk mencari peluang pasar yang lebih luas di mancanegara. Selain itu, keikutsertaan sektor jasa berupa waralaba akan menambah keragaman komoditas yang ditawarkan business matching Kemendag yang selama ini didominasi barang.
“Sampai sekarang, belum ada waralaba yang ikut serta dalam business matching Kemendag. Sektor jasa harus kita galakkan ekspornya. Jadi, kalau bisa, di bawah AFI, mulai Mei 2025 ini agar ada waralaba yang ikut serta,” ungkap Mendag, dikutip dari siaran pers Kemendag, Sabtu (26/4).
Business matching Kemendag merupakan bagian dari salah satu program prioritas Kemendag, yaitu Perluasan Pasar Ekspor. Pelaku usaha dapat menghubungi perwakilan perdagangan Indonesia (perwadag) di 33 negara akreditasi, yaitu Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC).
Para pelaku usaha yang ingin ekspor dapat mempresentasikan komoditas-komoditas mereka kepada perwadag melalui sesi pitching. Kemudian, para perwadag akan mencarikan buyer mancanegara. Bila gayung bersambut, perwadag akan menggelar sesi business matching yang mempertemukan para pelaku usaha dengan calon pembeli di negara tujuan ekspor.
Mendag Busan juga menyampaikan, Kemendag berkomitmen mendukung pengembangan kewirausahaan nasional. Waralaba bisa menjadi salah satu pendorong utamanya. Waralaba dapat memberikan akses lebih mudah untuk memulai usaha, menawarkan sistem bisnis yang terstandardisasi, serta menghadirkan dukungan berkelanjutan dari pemberi waralaba.
Menurut Mendag Busan, jumlah wirausaha di suatu negara memegang kunci yang penting dalam upaya memperkuat fondasi ekonomi nasional. Saat ini, rasio kewirausahaan Indonesia adalah 3,4 persen dari total angkatan kerja. Sebagai perbandingan, rasio kewirausahaan Malaysia dan Thailand sudah lebih dari 4 persen, sementara Singapura 8,7 persen dan Amerika Serikat 12 persen.
“Rasio kewirausahaan kita harus 10 sampai 12 persen. Waralaba ini menjadi salah satu cara untuk meningkatkan rasio kewirausahaan. Kita tidak memulai dari nol, karena melalui waralaba, manajemen dan berbagai hal terkait sudah berjalan dengan baik. Pemerintah bersama AFI berkomitmen untuk terus menumbuhkan waralaba di dalam negeri dan untuk tujuan ekspor,” kata Mendag Busan.
Pada 2024, sektor waralaba telah menyerap hampir 98 ribu tenaga kerja, mencatatkan omzet hingga Rp143,25 triliun, dan mengelola lebih dari 48 ribu gerai, baik milik sendiri maupun yang diwaralabakan.Beberapa waralaba nasional telah ekspansi ke luar negeri. Misalnya, Alfamart, Ayam Gepuk Pak Gembus, Kebab Turki Babarafi, Taman Sari Royal Heritage Spa, dan Roti Ropi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement