Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Negara Tetangga Macam Vietnam Panen Investasi Asing, Indonesia Jadi Sapi Ompong! Ini Biang Keladinya

Negara Tetangga Macam Vietnam Panen Investasi Asing, Indonesia Jadi Sapi Ompong! Ini Biang Keladinya Kredit Foto: Pixabay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia dinilai belum mampu memanfaatkan momentum pergeseran rantai pasok global secara optimal. Di saat negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Thailand kebanjiran relokasi industri dari China dan Jepang, Indonesia justru tertinggal cukup jauh.

Data Japan External Trade Organization (JETRO) mencatat, dari total relokasi perusahaan ke kawasan ASEAN, Vietnam menyerap 196 proyek, disusul Thailand dengan 92 proyek, Malaysia 61, dan Indonesia hanya 59.

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, menyayangkan minimnya daya saing Indonesia dalam menarik investasi industri global. Ia menilai pendekatan proteksionis dan kebijakan yang terlalu berorientasi ke dalam menjadi salah satu faktor penghambat utama.

Baca Juga: Indonesia Bersaing Ketat dengan Vietnam, Saatnya FDI Tak Cuma Market-Seeking

“Relokasi industri ini bukan sekadar soal insentif fiskal, tapi juga menyangkut kepastian dan fleksibilitas. Kalau semua komponen harus diproduksi di dalam negeri, ya investornya kabur,” ujar Yose dalam keterangannya, Selasa (29/4/2025).

Yose juga menyoroti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta program hilirisasi yang dinilai belum sinkron dengan kebutuhan industri hilir. Menurutnya, pendekatan pemerintah untuk membangun seluruh rantai pasok di dalam negeri justru membatasi akses industri terhadap komponen dan teknologi.

“Ketersediaan komponen menjadi terbatas, sementara sektor hulu sendiri belum berkembang optimal,” jelasnya.

Baca Juga: RI-Vietnam Miliki Potensi Besar Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan dan Investasi

Yose menekankan bahwa dalam ekosistem manufaktur global saat ini, keterhubungan antarnegara sangat penting. Pendekatan yang terlalu menutup diri dan ingin menyelesaikan semua proses industri di dalam negeri justru bisa menjadi beban tersendiri.

“Supply chain itu lintas negara, panjang dan kompleks. Kalau kita paksa semua ada di sini, itu malah menghambat efisiensi dan daya saing,” tegasnya.

Ia mengingatkan, tanpa reformasi kebijakan industri dan perbaikan iklim usaha, Indonesia berisiko kehilangan momentum emas dari gelombang relokasi global. Padahal, relokasi ini dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi jangka panjang jika dikelola secara tepat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: