Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Likuiditas Perbankan Tertekan, Pengamat: Risiko Kredit dan Daya Beli Bisa Tambah Parah

Likuiditas Perbankan Tertekan, Pengamat: Risiko Kredit dan Daya Beli Bisa Tambah Parah Kredit Foto: Unsplash/Micro Stock Hub
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat perbankan, Moch Amin Nurdin, menilai tekanan terhadap likuiditas perbankan nasional hingga kuartal I-2025 disebabkan oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik.

Ia menyebut kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memicu pelemahan nilai tukar rupiah yang turut memperberat beban sektor keuangan.

Amin menyatakan bahwa negosiasi antara pemerintah Indonesia dan AS menjadi kunci dalam menstabilkan kondisi ekonomi nasional. Gagalnya upaya diplomasi tersebut, menurutnya, bisa memperburuk daya beli masyarakat kelas menengah dan menghambat kinerja perbankan.

“Sehingga hal ini akan sulit juga untuk mengangkat pertumbuhan dan kinerja bank secara umum, karena selain tingginya cost of fund juga sulitnya melakukan ekspansi kredit,” ucapnya.

Baca Juga: Rupiah Bergejolak, OJK Beberkan Kondisi Likuiditas Valas Perbankan RI

Ia juga menyoroti tekanan domestik seperti pelemahan IHSG dan potensi koreksi cadangan devisa apabila ekspor tak berhasil dialihkan ke pasar non-AS. Amin menyarankan agar perbankan mencari alternatif pendanaan dari pasar modal serta memperkuat digitalisasi untuk menarik dana pihak ketiga (DPK).

“Bisa juga mencari pendanaan dari instrumen lain seperti, obligasi, bond, dll, kemudian, pelan-pelan melakukan ekspansi kredit-kredit dengan prudent dan lebih hati-hati secara kualitas untuk mencegah NPL, yang cenderung meningkat akhir-akhir ini,” urainya.

Tekanan likuiditas ini terlihat nyata dalam laporan kinerja bank besar nasional. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mencatat rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) sebesar 93,1% per Maret 2025, turun dari 96,1% pada kuartal IV-2024.

Baca Juga: OJK Bongkar Kondisi Perbankan usai Hantaman Tarif Trump

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengalami tren berbeda dengan LDR mencapai 93,45% pada Maret 2025, naik dari 89,66% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan pertumbuhan kredit lebih tinggi dari kenaikan DPK.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat lonjakan signifikan dalam LDR dari 71,2% menjadi 82,9% dalam satu tahun terakhir. Kenaikan ini turut dipengaruhi laju pertumbuhan kredit yang pesat, meskipun DPK bertumbuh lebih lambat.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) juga melaporkan kenaikan LDR dari 83,78% menjadi 86,58% sepanjang tiga bulan pertama 2025.

Dengan LDR yang tinggi dan tekanan ekonomi eksternal yang belum mereda, perbankan nasional kini dituntut menjaga kehati-hatian dalam menyalurkan kredit, agar tak terjebak dalam lonjakan non-performing loan (NPL) di tengah ketidakpastian global.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: