Sikat Premanisme Ekonomi dan Pungli, Saatnya Indonesia Berani Bersaing dengan Vietnam, Jadi Tempat Nyaman untuk Investor
Kredit Foto: Unsplash/Andreea Popa
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan langkah pemerintah Indonesia yang mencoba menderegulasi ekonomi nasional buntut langkah proteksional Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah tepat.
Respons pemerintah Indonesia dinilai sudah tepat, dan diharapkan penerapan tarif resiprokal Trump menjadi pemacu agar produk Indonesia ekspor Indonesia harus semakin kompetitif dan jangan kalah dengan negara tetangga seperti Vietnam.
"Kita membutuhkan deregulasi total, full-blown deregulation. Saatnya Indonesia bersaing eye to eye dan neck to neck dengan Vietnam, yang kini menjadi outlier dalam menarik investasi global secara mengesankan” tutur Wijayanto.
Ia juga menyoroti Country Complexity Index yang menunjukkan rendahnya kecanggihan produk ekspor Indonesia.
Sebagian besar ekspor unggulan Indonesia masih berupa komoditas primer seperti batu bara, CPO, tembaga, nikel, minyak, dan gas. Sekitar 40% nilai ekspor Indonesia berasal dari produk-produk ini.
Untuk bisa bersaing, Indonesia perlu melakukan reformasi struktural mendalam, termasuk pemberantasan premanisme ekonomi, penyederhanaan perizinan, efisiensi sektor keuangan, penguatan TKDN dan FTA, insentif pajak, penanganan ekonomi bawah tanah, perbaikan sektor ketenagakerjaan, dan penurunan biaya logistik.
"Diskusi ini menjadi pengingat bahwa gejolak global harus dihadapi dengan strategi nasional yang solid dan proaktif. Indonesia tidak bisa hanya bereaksi kita harus membentuk ulang kebijakan agar tetap relevan dan kompetitif di tengah ketidakpastian dunia," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement