Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Emas Melemah Menyusul Lampu Hijau Negosiasi Tarif dari China

Harga Emas Melemah Menyusul Lampu Hijau Negosiasi Tarif dari China Kredit Foto: Antara/Makna Zaezar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga emas tergelincir dan mencatat penurunan beruntun di Jumat (2/5). Pasar logam mulia tertekan menyusul data ekonomi terbaru hingga menguatnya sinyal de-eskalasi perang dagang dari China-Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Senin (5/5), berikut ini adalah catatan pergerakan harga dari sejumlah komoditas utama logam mulia global. Harga emas terus anjlok usai mencatatkan rekor tertingginya:

  • Emas spot: Turun 0,4% menjadi US$3.228,50 per ons.
  • Emas berjangka AS: Naik 0,6% ke US$3.243,30 per ons.
  • Perak spot: Anjlok 1,3% ke US$31,98 per ons.
  • Platina: Naik tipis 0,1% menjadi US$959,20 per ons.
  • Palladium: Bertambah 0,6% ke US$946,18 per ons.

Kementerian Perdagangan China baru-baru ini mengkonfirmasi kabar bahwa terdapat upaya negosiasi tarif dari AS. Pihaknya terbuka untuk melakukan diskusi namun ingin melihat keseriusan soal de-eskalasi dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Menguatnya sinyal de-eskalasi tersebut membuat permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas berangsur melemah dengan investor mengalihkan dana investasi mereka ke aset yang lebih beresiko.

“Harga emas tampaknya akan tertahan dalam kisaran US$3.500, terutama jika kesepakatan dagang mulai tercapai dan selera risiko mulai meningkat, menggantikan euforia negatif dari ketegangan tarif selama ini,” ujar Senior Market Strategist RJO Futures,  Daniel Pavilonis.

AS juga baru-baru ini mengeluarkan data ekonomi terbaru yang menunjukkan nonfarm payrolls meningkat sebanyak 177.000 di April 2025. Namun, laporan ini bersifat tertunda (backward-looking) dan belum sepenuhnya mencerminkan dampak dari kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump.

Kini Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan menahan suku bunga dan paling cepat akan memangkasnya mulai dari Juni 2025.

Baca Juga: China Mau Perkuat Kerja Sama Bareng Rusia, Cari Sekutu Lawan AS?

Hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga naik, yang menjadikan emas sebagai aset tanpa imbal hasil kurang menarik bagi investor akibat suku bunga yang kuat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: