Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pelaku Industri TPT: Pak Presiden Tolong Jangan Naikan BMAD POY dan DTY

Pelaku Industri TPT: Pak Presiden Tolong Jangan Naikan BMAD POY dan DTY Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri Tekstil dan Produk Tekstil atau TPT terancam mengalami kebangkrutan dan menimbulkan PHK massal. Hal itu ditengarai wacana pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap produk Benang Partially Oriented Yarn (POY) dan Drawn Textured Yarn (DTY). Padahal, POY dan DTY merupakan bahan baku penting bagi industri tekstil berbasis poliester.

Ketua Komite Tetap Kebijakan dan Regulasi Industri KADIN, Veri Anggrijono, menyampaikan bahwa 5.000 lebih produsen lokal Industri TPT serta 1 juta perusahaan dengan industri mikro kecil akan mengalami kebangkrutan jika wacana BMAD itu tetap dilakukan.

"Industri tekstil dan produk tekstil saat ini sedang lesu dengan gempuran produk tekstil luar negeri ditambah lagi dengan wacana kenaikan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap produk Benang Partially Oriented Yarn (POY) dan Drawn Textured Yarn (DTY) ini akan mematikan bagi industri TPT dalam negeri," ujarnya.

Veri Anggrijono yang juga merupakan salah satu pejabat utama KADIN melanjutkan, seharusnya pemerintah membuat kebijakan untuk BMAD POY sebesar nol persen dan BMAD untuk DTY adalah nol persen bukan malah mengenakan BMAD.

"Kami memohon kepada Bapak Presiden RI Bapak Prabowo untuk membatalkan wacana kenaikan BMAD terhadap produk POY dan DTY serta membantu para industri TPT. Karena saat ini ketersediaan benang POY dan DTY dalam negeri sangat terbatas jadi para pelaku industri TPT harus mengimpor dari luar negeri," ujarnya.

Dirinya menambahkan, benang apapun prinsipnya adalah bahan baku utama industri tekstil yang ketersediaannya harus dijamin oleh pemerintah, bukannya malah dikenakan anti-dumping.

"Harga benang sebagai bahan baku naik dikarenakan BMAD maka akan terjadi Badai PHK karena Pabrik pabrik tekstil tidak mampu menjual kain dari benang yang tidak kompetitif akibat BMAD," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: